Hendaknya seorang Muslim senantiasa
bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan kepada
kita semua, baik nikmat keimanan, kesehatan dan nikmat keluangan waktu. Dan
hendaklah kita berhati-hati agar jangan sampai menjadi orang yang kufur kepada
nikmat Allah. Allah berfirman:
“Jikalau kalian bersyukur pasti kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian mengingkari (nikmatKu), maka
sesungguhnya siksaku sangat pedih.” (Ibrahim: 7).
Demikian pula kami wasiatkan untuk
senantiasa bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan dan waktu. Takwa, sebuah
kata yang ringan diucapkan akan tetapi tidak mudah untuk diamalkan.
Ketahuilah, wahai saudaraku rahimakumullah,
tatkala Umar bin Khaththab Radhiallaahu anhu bertanya kepada shahabat Ubay bin
Ka’ab Radhiallaahu anhu tentang takwa, maka berkatalah Ubay: “Pernahkah Anda
berjalan di suatu tempat yang banyak durinya?” Kemudian Umar menjawab: “Tentu”
maka berkatalah Ubay: “Apakah yang Anda lakukan”, berkatalah Umar: “Saya sangat
waspada dan hati-hati agar selamat dari duri itu”. Lalu Ubay berkata
“Demikianlah takwa itu” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal. 55).
Demikianlah takwa yang diperintahkan
oleh Allah dalam kitabNya yakni agar kita senantiasa waspada dan hati-hati
dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga dalam ucapan-ucapan kita, oleh
karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali berdasarkan ilmu.
Hendaklah kita bersegera mencari bekal
guna menuju pertemuan kita dengan Allah karena kita tidak tahu kapan ajal kita
itu datang. Dan Allah berfirman:
“Dan berbekallah, maka sesungguhnya
sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang
yang berakal.”
(Al-Baraqah:197).
Manusia setapak demi setapak menjalani
tahap kehidupan-nya dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam
akhirat. Tahap-tahap tersebut harus dijalani sampai akhirnya nanti kita akan
menemui alam akhirat tempat kita memperhitungkan amalan-amalan yang telah kita
lakukan di dunia. Maka tatkala kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang ahwal (keadaan) hari Akhir,
hendaklah hati kita menjadi takut, menangislah mata kita, dan menjadi dekatlah
hati kita kepada Allah.
Akan tetapi bagi orang yang tidak memiliki
rasa takut kepada Allah tatkala disebut kata Neraka, adzab, ash-shirat
dan lain sebagainya seakan terasa ringan diucapkan oleh lisan-lisan mereka
tanpa makna sama sekali. Na-uzu billahi min dzalik. Mari kita perhatikan firman
Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29.
“Adapun orang-orang yang diberikan
kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya maka dia berkata; “Wahai alangkah
baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) dan aku tidak mengetahui
apakah hisab (perhitungan amal) terhadap diriku. Duhai seandainya kematian itu
adalah kematian total (tidak usah hidup kembali). Hartaku juga sekali-kali
tidak memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku pun telah lenyap
dari-padaku”.(Al-Haqqah 25-29)
Dalam ayat ini Al-Hafizh Ibnu Katsir
dalam tafsirnya juz IV hal 501, menerangkan bahwa ayat tersebut menggambarkan
keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu manakala diberi catatan amalnya di
padang pengadilan Allah dari arah tangan kirinya, ketika itulah dia benar-benar
menyesal, dia mengatakan penuh penyesalan: ‘Andai kata saya tidak usah diberi
catatan amal ini dan tidak usah tahu apakah hisab (perhitungan) terhadap
saya (tentu itu lebih baik bagi saya) dan andaikata saya mati terus dan tidak
usah hidup kembali.
Coba perhatikan ayat selanjutnya:
“Peganglah dia lalu belenggulah
tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia ke dalam api Neraka yang
menyala-nyala kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh
hasta” (Al-Haqqah
ayat 30-32).
Bagi kaum beriman yang mengetahui makna
yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi tergetarlah hatinya, akan menetes
air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan keluarlah keringat dingin di
tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang merasakan peristiwa yang sangat
dahsyat. Maka tumbuhlah rasa takut yang amat mendalam kepada Allah kemudian
berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang-orang yang celaka seperti ayat
di atas.
Sesungguhnya manusia akan dibangkitkan
pada hari Kiamat dan akan dikumpulkan menjadi satu untuk
mempertanggungjawab-kan diri mereka. Allah berfirman:
“Dan dengarkanlah pada hari penyeru
(malaikat) menyeru dari tempat yang dekat, yaitu pada hari mereka mendengar
teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (dari kubur)” (Qaf: 41-42).
Juga Allah berfirman dalam surat
Al-Muthaffifin: 4-7.
“Tidakkah orang itu yakin bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada hari yang besar, (yaitu) hari
ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.
Dan manusia dibangkitkan dalam keadaan حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً (mereka tidak
beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan), sebagaimana firman Allah:
“Sebagaimana kami telah memulai
penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulangnya (mengembalikannya)” (Al-Anbiya:104).
Manusia akan dikembalikan secara
sempurna tanpa dikurangi sedikitpun, dikembalikan dalam keadaan demikian bercampur dan berkumpul antara
laki-laki dan perempuan. Dan tatkala Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha maka berkatalah ia:
“Wahai Rasulullah antara laki-laki dan perempuan sebagian mereka melihat kepada
sebagian yang lain?”, kemudian Rasulullah berkata:
اْلأَمْرُ
أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ.
“Perkara pada hari itu lebih keras dari
pada sekedar sebagian mereka melihat kepada sebagian lainnya.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhari
nomor 6027 dan Muslih nomor 2859 dari hadits ‘Aisyah Radhiallaahu anha ).
Pada hari itu laki-laki tidak akan
tertarik kepada wanita dan sebaliknya, sampai seseorang itu lari dari bapak,
ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap keputusan Allah pada hari itu.
Sebagaimana firman Allah:
“Pada hari ketika manusia lari dari
saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istrinya dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang sangat
menyibukkan”. (Q.S. Abasa:
34-37).
Demikianlah peristiwa yang amat
menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti, mudah-mudahan menjadikan kita
semakin takut kepada Allah.
Saudaraku… pada hari Akhir nanti,
matahari akan didekatkan di atas kepala-kepala sehingga bercucuran keringat
mereka sehingga sebagian mereka akan tenggelam oleh keringat-keringat mereka
sendiri, akan tetapi hal itu tergantung dari apa yang telah mereka perbuat di
dunia.
Imam Muslim meriwayatkan dalam hadits
yang shahih nomor 2864 dari hadits Al-Miqdad bin Al-Aswad Radhiallaahu anhu ,
berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ،
فَيَكُوْنُ النَّاُس عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ،
وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ
إِلْجَامًا. وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ.
“Matahari akan didekatkan pada hari Kiamat
kepada para makhluk sampai-sampai jarak matahari di atas kepala mereka hanya
satu mil, maka manusia mengeluarkan keringat tergantung amalan-amalan mereka.
Di antara mereka ada yang mengeluarkan keringat sampai mata kakinya dan ada
yang sampai lututnya, ada juga yang sampai pinggangnya dan ada yang
ditenggelamkan oleh keringat mereka.” Dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memberi
isyarat dengan tangannya ke mulutnya.
Dan seandainya ada yang bertanya
“bagaimana itu bisa terjadi sedangkan mereka berada pada tempat yang satu?”
Maka Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullaah menjawab pertanyaan tersebut sebagai
berikut: “Ada sebuah kaidah yang hendaknya kita berpegang kepada kaidah itu,
yaitu bahwa perkara ghaib, wajib bagi kita untuk mengimaninya dan
membenarkannya tanpa menanyakan bagaimananya, karena perkara tersebut berada
diluar jangkauan akal-akal kita, kita tidak mampu mengetahui dan menggambarkannya.
Demikianlah sebagian peristiwa di hari
Akhir dan masih banyak lagi peristiwa yang akan kita alami yang hal itu akan
menggetarkan hati bagi orang-orang Mukmin dan menjadikan mereka semakin takut
kepada Allah.
Oleh: Abu Adam Al-Khoyyat (Hartono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar