15 Mei 2012

Kemusyrikan dan Ziarah Kubur, Bagian II


Menjauhi syirik itu mutlak

 Allah memerintahkan semua manusia agar memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah, sedang Dia menciptakan seluruh manusia hanyalah untuk beribadah kepadaNya dengan ikhlas. Sebagaimana Allah firmankan, artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzaariyaat/ 51:56). 

Ketahuilah bahwa ibadah itu tidak sah kecuali bersama tauhid (mengesakan Allah Ta’ala). Sebagaimana shalat itu tidak sah kecuali beserta thaharah (suci) dan wudhu'. Maka apabila kemusyrikan masuk ke dalam ibadah pasti rusaklah ibadah itu, seperti halnya hadats apabila masuk ke dalam wudhu' maka rusaklah wudhu'nya. 

Syirik itu jika mencampuri ibadah maka merusak ibadah , dan menghapus pahala ketaatan, hingga pelakunya termasuk penghuni neraka yang kekal di dalamnya. 

Ketahuilah bahwa di antara hal-hal penting yang wajib diketahui adalah: mengetahui syirik. Siapa yang tidak tahu syirik boleh jadi dia terjatuh di dalam kemusyrikan, sedangkan dia tidak tahu! Allah Ta'ala berfirman, artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendakiNya." (QS An-Nisaa': 48, 116). 

Dalam ayat tersebut Allah Ta'ala menjelaskan bahwa Dia tidak mengampuni hamba yang mati dalam keadaan musyrik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi hambaNya yang Ia kehendaki. 

Ayat di atas menunjukkan bahwa syirik adalah sebesar-besar dosa. Karena Allah menjelaskan bahwa Dia tidak mengampuni dosa syirik bagi orang yang belum bertobat (sebelum kematiannya). Sedangkan dosa selain syirik maka ada di bawah kehendak Allah, jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni, dan jika Dia berkehendak, Dia akan menyiksanya karena dosanya itu. Dengan demikian wajib bagi setiap hamba untuk takut pada kemusyrikan yang merupakan dosa terbesar itu. 

Wajib sama sekali atas setiap Muslim mengetahui dan menghindari syirik itu. Untuk mengetahuinya di antaranya hendaklah dibaca risalah Al-Ushuuluts Tsalaatsah (sudah diterjemahkan dengan penjelasannya, berjudul Penjelasan Kitab 3 Landasan Utama), dan Kitab Tauhid karangan Syaikh Muhammad At-Tamimi (keduanya diterbitkan oleh Darul Haq). 

Dalam buku itu disebutkan firman Allah, artinya: "Sesungguhnya barangsiapa menyekutukan Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada seorang pun penolong bagi orang-orang yang dhalim." (QS Al-Maidah: 72). 

Nabi bersabda: "Dosa terbesar adalah engkau menjadikan tandingan (sekutu) bagi Allah sedangkan Dia lah yang menciptakanmu." (HR Al-Bukhari dan Muslim). 

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan firman Allah yang artinya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukanNya dengan sesuatu pun." (An-Nisaa': 36). 

Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar manusia beribadah kepadaNya serta melarang berbuat syirik. Dan ini mengandung pengertian bahwa penyembahan itu hanyalah milik Allah semata. 

Barangsiapa tidak menyembah Allah maka dia kafir dan sombong. Barangsiapa menyembah Allah tetapi juga menyembah selainNya, maka dia kafir dan musyrik. Barangsiapa menyembah Allah saja, maka dia orang Muslim yang sesungguhnya.


Syirik ada dua macam: besar dan kecil.

Syirik besar yaitu menyekutukan Allah dengan selainNya yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam. Lebih jelasnya, syirik akbar (besar) yaitu menjadikan tandingan atau sekutu terhadap Allah dalam hal beribadah, berdoa, atau mengharapkan, atau takut, atau cinta, dalam memperlakukan tandingan itu seperti memperlakukannya kepada Allah. Atau memperlakukan tandingan itu dengan perlakuan jenis ibadah. Itulah syirik yang Allah haramkan atas pelakunya untuk masuk surga, sedang tempatnya adalah neraka. 

Syirik kecil adalah setiap pekerjaan: ucapan atau tindakan yang dinyatakan oleh syara' bahwa termasuk perbuatan syirik, namun tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam. Lebih jelasnya, syirik ashghar (kecil) adalah seluruh perkataan dan perbuatan yang menjadi perantara kepada syirik besar, seperti bersumpah dengan selain Allah, riya' , beramal tidak ikhlas karena Allah. Riya' yaitu menampak-nampakkan (pamer) kebaikan agar dipuji orang. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam mengungkapkan kekhawa-tirannya terhadap sahabatnya akan adanya riya' pada mereka, karena riya' itu paling banyak dan disenangi oleh jiwa manusia dan paling mudah dilakukan. Kalau sahabat yang imannya sangat tebal saja diperingatkan dengan kekhawatiran Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam akan adanya syirik kecil (riya') itu pada mereka, maka umat Islam hendaknya lebih khawatir adanya syirik besar dan kecil karena lemahnya iman. Sedangkan berziarah kubur yang sampai memberlakukan kuburan sebagai jenis yang diibadahi dan dimintai tolong itu jelas satu jenis kemusyrikan. Maka apakah tidak pantas untuk dikhawatiri. 

Syirik yang kecil (ashghar) pun sangat ditekankan untuk dihindari, apalagi syirik besar (akbar). Maka perbuatan yang menjurus kepada kemusyrikan wajib dihindari. Demikian pula ziarah kubur yang menjurus kepada kemusyrikan, wajib pula dihindari. Ketegasan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam yang pernah melarang ziarah kubur itu kaitannya adalah dengan dosa yang paling besar yakni syirik. Selama seseorang belum bisa membersihkan dirinya dari kemusyrikan dalam hal ziarah kubur, maka larangan berziarah kubur tetap berlaku pada orang itu. Dan dia baru tidak dilarang bila memang sudah jelas ziarah kuburnya itu tanpa tercampuri kemusyrikan sedikitpun.
 
(Hartono).

Artikel Buletin An-Nur : http://alsofwah.or.id, Selasa, 02 Maret 04
Sumber:
  • Ajwibah al masaail atstsamaan fis sunnah wal bid'ah walkufr wal iimaan, oleh Al-'allamah as-syaikh Muhammad Sulthan Al-Ma'shumi.
  • Penjelasan Kitab 3 Landasan Utama, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
  • Kitab Tauhid oleh Syaikh Muhammad At Tamimi.
  • Al-Jami' Al-Farid lil as-ilah wal ajwibah 'ala kitab at Tauhid, oleh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al Jarullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar