“Sesungguhnya
orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kubur-kubur sebagai masjid…
Ingatlah janganlah kalian menjadikan kubur sebagai masjid, karena sesungguhnya
aku melarang kalian dari hal ini.”
(HR. Muslim, an-Nasai, Ibnu Hibban, dan Abu
'Awanah dari Jundub bin Junadah).
Dalam fakta sejarah, paganisme merupakan agama sesat pertama
yang dianut oleh manusia, hal itu bermula saat mereka mengkultuskan para tokoh
yang sudah wafat. Mereka mengangkat orang-orang sholeh untuk dijadikan panutan,
yang kemudian dicintai, diikuti dan dihormati. Karena jauhnya mereka dari
tuntunan yang benar, penghormatan dan kecintaan yang sangat tersebut tidak
terbatas pada saat mereka hidup saja, tetapi terus berlanjut ketika para tokoh
itu meninggal. Melalui hembusan setan, mereka membuat lukisan yang pada awalnya
hanya berfungsi sebagai pengenang jasa-jasa yang telah mereka lakukan, namun
beberapa abad selanjutnya, setelah generasi demi generasi berganti, setan mulai
menggiring mereka untuk membuat patung para tokoh tersebut dan membisikkan
kepada generasi baru tersebut bahwa, “Dahulu, nenek moyang kalian menyembah
patung-patung ini”. Maka lahirlah agama paganisme itu… hingga saat ini.
Kini, seiring bertambah majunya teknologi, pengetahuan dan
eksplorasi akal yang sedemikian rupa, bukannya semakin hilang agama paganis,
namun justu semakin bertambah dan bahkan semakin banyak bentuk dan coraknya.
Hal itu bisa kita lihat dari salah satu fenomena, dimana
sebagian ummat manusia sudah tidak membuat patung sesembahan lagi, mereka
mengganti bentuknya dengan mengeramatkan (memuliakan) makam orang-orang
tertentu yang mereka anggap wali atau orang suci lainnya. Tragisnya, hal itu
banyak menimpa mereka yang mengaku beragama Islam. Mereka menjadikan
kuburan-kuburan itu sebagai tempat beribadah, seperti sholat, berdo'a,
bernadzar, shodaqoh, i'tikaf, thowaf dan lain sebagainya. Bahkan seorang kuburiy
-sebutan untuk penyembah kuburan- berkeyakinan bahwa mengunjungi makam wali
sama dengan mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat. Selain itu mereka juga
menyamakan makam wali dengan Baitullah al-Haram (Ka’bah). Ini semua
jelas bertentangan dengan syari'at Islam dan kalau kita lihat hadits-hadits
Rosululloh Shallallahu Alaihi wa Sallam, dapat diketahui bahwa
beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam sangat keras sikapnya
terhadap orang-orang yang beribadah kepada Alloh di sisi kuburan orang sholeh.
Kalau beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala di
sisi kubur saja, beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersikap
keras, tentu akan lebih keras lagi jika sampai beribadah kepada penghuni kubur
tersebut. Diantara hadits yang menyebutkan hal tersebut adalah sebagaimana yang
diriwayatkan dalam Shohih Bukhori dan Shohih Muslim, dari 'Aisyah Radhiyallahu
Anha, bahwa Ummu Salamah Radhiyallahu Anha (salah seorang
istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam) menceritakan kepada
Rosululloh Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang gereja dengan
berbagai lukisan di dalamnya yang dilihatnya di negeri Habasyah (Ethiopia).
Maka Rosululloh Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Mereka itu, apabila ada orang yang
sholih -atau hamba yang sholih- meninggal di antara mereka- mereka bangun di
atas kuburnya sebuah tempat ibadah, dan mereka buat di dalam tempat itu
gambar-gambar mereka; mereka itulah makhluk yang paling buruk di sisi Alloh.”
Para ulama telah bersepakat bahwa shalat di masyahid
(masjid yang berada di atas kubur) tidaklah diperintahkan sama sekali baik
dengan perintah wajib atau pun sunnah.
Barangsiapa meyakini bahwa ibadah di sisi kuburan lebih
memiliki keutamaan dari tempat lainnya atau lebih utama, maka dia telah
menyelisihi jama’ah kaum muslimin dan telah menyelisihi agama ini. Bahkan yang
diyakini oleh umat ini bahwa sholat di masjid yang dibangun di atas kubur
adalah sesuatu yang terlarang dengan larangan haram. Larangan ini terjadi
karena di sana terdapat tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang
musyrik dan inilah asal penyembahan berhala.
Ini adalah awal petaka yang menimpa ummat-ummat terdahulu.
Dan hal inilah yang sekarang menimpa ummat ini, serta yang paling urgen bahwa
ini adalah suatu bencana yang tidak boleh didiamkan terutama oleh para da’i
yang tahu betul akan kerusakan ummat ini. Tentunya kita sebagai ummat terbaik
yang memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar, seyogyanya
tidak berpangku tangan dan acuh tak acuh terhadap realita ummat ini. Ingatlah
firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala dalam surat al-Anfal ayat 25:
"Dan peliharalah diri kalian dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zholim saja di antara kalian, dan
ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya". (Hasan Abu Zaid). ( www.hasmi.org
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar