18 November 2011

Alloh Maha Dekat

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. ..."
{QS. Al-Baqoroh (2) : 186}

Arti al-Qorib

Al-Qorib artinya yang tidak jauh. Itu artinya Alloh dekat. Khatabi mengatakan, “al-Qorib artinya Dia (Alloh swt) itu dekat dengan hamba-hamba-Nya melalui ilmu-Nya, dekat untuk mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya”. (Sya’nu ad-Du’a:102).

Demikianlah penjelasan Khatabi begitu pula az-Zuzazi tentang konsekuensi logis dari kedekatan Alloh terhadap makhluk-Nya.

Adapun Ma’iyyah “Kebersamaan” Alloh terbagi menjadi dua bagian, umum dan khusus.

Makna dari kedekatan Alloh terhadap hamba-Nya ini menjadi dua pengertian yaitu:

Pertama, dekat yang bersifat umum. Yaitu mencakup ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu. Bahkan Dia lebih dekat kepada manusia daripada urat leher mereka sendiri. Kedekatan jenis ini disebut juga ma’iyah ‘amah.

Alloh berfirman:

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Alloh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” {QS. Al-Hadid (57) : 4}

Alloh bersemayam di atas ‘Arsy maksudnya ialah satu sifat Alloh yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Alloh dan kesucian-Nya. Hal inipun menangkal kedustaan sebagian manusia yang menyatakan bahwa Dzat Alloh berada dimana-mana. Namun demikian ilmu Alloh selalu bersama seorang hamba.

Ayat ini menunjukkan bahwa Alloh bersama makhluk-Nya secara umum termasuk kebersamaan dengan orang beriman dan orang kafir, orang yang berbuat baik dan berbuat jahat.

Inilah maksud kedekatan Alloh yang bersifat umum dimana ilmu Alloh meliputi seluruh makhluk-Nya baik muslim maupun kafir. Hingga tidaklah suatu perbuatan pun yang dilakukan seorang hamba melainkan Alloh mengetahuinya.

Alloh berfirman:

“dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. {QS. Al-Hadid (57) : 4}

Kedua, dekat yang bersifat khusus, yang terikat dengan suatu kriteria. Yaitu kedekatan dengan mereka yang senantiasa berdoa, beribadah dan mencintai-Nya. Kedekatan ini akan melahirkan cinta, pertolongan dan bantuan dalam semua aktivitas. Pengabulan permohonan bagi orang yang berdo’a serta diterima dan diberikannya pahala kepada mereka yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Alloh berfirman, yang artinya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”.

Dan firman-Nya:

... Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar.” {QS. Al-Anfal (8) : 46}

“Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. {QS. An-Nahl (16) : 128}.

Inilah ayat-ayat yang menunjukkan kebersamaan Alloh secara khusus. Dimana kedekatan yang bersifat khusus ini hanya berkaitan dengan orang-orang yang bertakwa.

Mereka adalah orang-orang yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan menjalankan berbagai amal ibadah termasuk berbuat baik dan sabar dalam menerima ujian.

Telah shohih diriwayatkan ketika Rosululloh bersama Abu Bakar dikejar kaum musyrikin Quraisy lalu berlindung didalam goa kemudian Rosululloh berkata pada Abu Bakar :

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Alloh bersama kita”. {QS. At-Taubah (9) : 40}.

Juga seperti ketika Alloh berfirman kepada Nabi Musa dan Harun,

Alloh berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat”. {QS. Thoha (20) : 46}

Yang demikian itu lebih khusus daripada yang terikat dengan suatu kriteria.

Dengan demikian, ma’iyyah (kebersamaan Alloh ) itu bertingkat-tingkat: ada yang bersifat umum mutlak, ada pula yang bersifat khusus yang terikat dengan suatu kriteria, dan khusus yang terikat dengan seseorang tertentu.

Maka, macam ma’iyyah yang paling khusus adalah ma’iyyah yang terikat dengan seseorang tertentu, lalu yang terikat dengan kriteria, lalu yang bersifat umum.

Ma’iyyah yang bersifat umum mengharuskan pengetahuan makhlukNya akan ilmu, kekuasaan, penglihatan, pendengaran, kekuatan, dan lain sebagainya yang termasuk ke dalam makna-makna rububiyahNya.

Sedangkan ma’iyyah khusus dengan dua macamnya mengharuskan adanya pertolongan dan dukungan.

Apabila makna dekat secara keseluruhan, baik yang bersifat umum maupun khusus telah dipahami niscaya tidak ada lagi kerancuan dan pertanyaan, seperti: “Dimanakah Alloh, bagaimana Alloh bersama hamba-Nya sedang Alloh bersemayam di ‘Arsy-Nya?” semua ini telah jelas adanya.

Ummat Islam harus mengetahui dengan seyakin-yakinnya bahwa ma’iyyah ini tidak mengharuskan Alloh bersama kita di muka bumi. Akan tetapi, Alloh bersama kita dengan bersemayam di atas Arsy-Nya. Ini adalah ma’iyyah jika kita beriman kepada-Nya, akan menekan kita untuk merasa takut dan bertakwa kepada Alloh. Oleh sebab itu, disebutkan di dalam hadits,

“Iman yang paling utama adalah ketika Anda mengetahui bahwa Alloh selalu bersama Anda di mana pun Anda berada.” (Ditakhrij oleh Abu Nu’aim (6/124) dan al-Haitsami dalam al-Majma’ (1/60)).

Adapun ahlulhulul (orang yang berkeyakinan bahwa Alloh berada dalam diri makhluk) mereka mengatakan:

“Sesungguhnya Alloh itu bersama kita dengan Dzat-Nya di semua tempat kita. Jika Anda sedang di dalam masjid, maka Alloh bersama Anda di masjid. Orang-orang yang berada di pasar, maka Alloh bersama mereka di pasar. Dan mereka yang sedang di dalam kamar mandi, maka Alloh bersama mereka di kamar mandi”

atau hingga mereka mengatakan....

“Alloh ada di mana-mana” (pemahaman ini adalah pemahaman bathil -red)

seperti apa yang dipahami oleh kelompok jahmiah dan semisalnya, bahwa Alloh bersama manusia di setiap tempat.

Saudaraku,... keyakinan dan pendapat seperti ini adalah bathil, dan konsekuensi ucapan ini adalah kekufuran. sebab mereka telah menyifati Alloh dengan ini, adalah merupakan kebathilan dari segala kebathilan dan sangat mengurangi pada Alloh swt. Alloh menyebutkan tentang DzatNya dalam rangka memujiNya, bahwa Dia dengan ketinggianNya di atas Arsy, namun Dia bersama makhluk, sekalipun mereka jauh di bawahNya. jika kalian menjadikan Alloh berada di muka bumi, maka yang demikian itu adalah suatu kekurangan bagi Alloh .

Pendapat ini juga berkonsekuensi bahwa Alloh masuk kedalam diri hambaNya. setiap tempat dalam diri seorang hamba, maka Alloh di dalamnya. dengan demikian merupakan penerimaan atas pendapat ahli wihdatu al-wujud (menyatunya hamba dengan tuhannya/ kejawen). (wihdatul wujud adalah pemahaman bathil juga -red)

Oleh sebab itu, kita melihat bahwa siapa saja yang mengatakan...

“(Dzat) Alloh bersama kami di muka bumi”, maka dia kafir diwajibkan untuk bertaubat dan dijelaskan kepadanya kebenaran, jika ia kembali. namun, jika tidak, maka wajib dibunuh

Maha Suci Alloh, Mereka (ahlulhulul) tidak menjauhkan Alloh dari berbagai kotoran, sesuatu yang busuk, tempat main main, dan berkata keji.

Maha Tinggi Alloh di atas langit yang bersemayam di atas Arsy, dan mereka (ahlulhulul) telah menjadikan Alloh rendah.

Maha Besar Alloh, mereka telah menjadikan Alloh kecil, terbagi-bagi (menjadikan Alloh terbilang/banyak,) dan setiap bagian di suatu tempat, atau Dia berbilang yakni setiap Tuhan di suatu arah yang menjadi keharusan dari berbilangnya tempat.

Jadi, perkataan dan pemahaman dari wihdatul wujud dan ahlul hulul ini adalah merupakan kesalahan yang sangat besar sekali karena berkaitan dengan masalah aqidah.

Saudaraku kaum muslimin, buah yang bisa kita ambil manfaatnya bahwa Alloh bersama kita di antaranya:

Pertama, Iman kepada pengetahuan Alloh yang meliputi segala sesuatu. dan Dia dengan ketinggiannya tetap selalu dengan semua makhlukNya. Tidak pernah sedikitpun alpa dari hambaNya dalam semua keadaannya.

Kedua, bahwa jika kita mengetahui dan beriman kepada yang demikian itu, maka yang demikian itu mewajibkan kepada kita untuk menyempurnakan rasa muroqobah kepadaNya dengan selalu ta’at kepadaNya, meninggalkan maksiat kepadaNya, karena Dia tidak pernah membuang kita setelah memberikan perintah kepada kita dan tidak menemui kita hanya ketika hendak melarang sesuatu dari kita. ini adalah buah yang paling agung bagi orang yang beriman dengan ma’iyyah ini.

Alloh Maha mengetahui akan diri Anda, mendengar ucapan-ucapan anda, mengetahui amal perbuatan anda, kuasa atas diri anda, hakim di antara Anda semua, Maha besar Alloh di atas langit yang bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, Tiada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya dalam semua sifatNya. Maha Suci Alloh Yang Maha Tinggi pada kedekatan-Nya dan Maha Dekat pada ketinggian-Nya.

Wallohu A’lam.


Referensi :
  1. Al-Asma al Husna dan Syarah Asma’ul Husna karya Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar (Posted on 5 Maret 2010 by Jadied).
  2. Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Muhammad al- Utsaimin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar