04 Agustus 2011

Ramadhan dan Al-Quran

Alloh swt berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (١٨٥)


“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” {QS. Al Baqarah (2) : 185}.


Sunnah Mengkhatam Al-Quran Pada Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan paling istimewa berbanding bulan-bulan lain. Diantara keistimewaan bulan itu adalah diturunkannya al-Quran, terdapat lailatulqadar, digandakan amalan, setan-setan dirantai dan berbagai keistimewaan lain yang tidak terdapat pada bulan-bulan lain. Antara amalan paling utama yang patut dilakukan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan yang diberkati ini ialah mengkhatamkan al-Quran. Dalam riwayat yang shahih dikatakan bahwa Nabi mengkhatamkan al-Quran sebanyak dua kali bersama Jibril pada tahun beliau diwafatkan. Abu Hurairah berkata:

“Sesungguhnya Jibril sentiasa membacakan al-Quran kepada Nabi sekali dalam setahun. Pada tahun Nabi di wafatkan, Jibril telah datang membaca al-Quran pada beliau sebanyak dua kali.” (HR. Bukhari).


Al-Quran Mampu Menggetarkan Jiwa

Al-Quran bukan sekadar kitab suci buat umat Islam saja tapi lebih umum adalah seruan bagi orang-orang kafir dan musyrik. Maka bagi siapapun yang membacanya secara tadabur (mengahayati makna dan kandungannya) baik dia kafir terlebih lagi bagi seorang muslim, Al-Quran akan mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba, hingga tidakkah kita pernah mendengar orang-orang kafir yang kembali kepada agama Islam ini ketika mereka membaca dan mengahayati isi dari al-Quran. Alloh berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” {QS. Al-Anfal (8) : 2}.

Demikianlah bagi siapapun yang didalam hatinya masih ada keimanan, hatinya akan tergerak untuk kembali mendekatkan diri kepada Alloh swt. Sebab itulah golongan kuffar berusaha keras menghalangi anak-anak mereka dari membaca dan menghayati al-Quran.

Jika keadaan orang kafir yang membaca dan mengkaji al-Quran saja seperti demikian, apalah lagi jika dibaca dan dihayati oleh seorang muslim.


Satu Huruf Al Quran Dibalas Dengan Sepuluh Kebaikan

Betapa rugi umat Islam yang diberi kelebihan dan pahala yang berlipat oleh Rabbnya sendiri tetapi diabaikan begitu saja. Apakah mereka merasa bahwa amalan mereka sudah mencukupi untuk ditimbang di atas al-Mizan kelak? Firman Alloh :

“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). {QS. Al-an ‘am (6) : 160}.

Bukankah membaca al-Quran mampu menambahkan timbangan amalan kita di akhirat kelak? Marilah berlomba-lomba membaca al-Quran ini, yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat terdahulu terutama di bulan Ramadhan ini. Dari Abdullah bin Mas’ud Nabi telah bersabda:

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, baginya satu kebaikan. Dan setiap satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak pernah mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf. Tetapi, alif itu satu huruf, lam itu satu huruf dan mim itu satu huruf.” (HR. Tirmizi, al-Darimi dan selainnya).

Bahkan hanya dengan mendengarkannya saja Alloh mencurahkan rahmat-Nya.
Alloh berfirman:

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. {QS. Al ‘Araaf (7) : 204}.

Namun pada hari ini, bukan saja umat Islam sudah tidak ingin memahami isi kandungan kitab suci yang telah diturunkan kepada mereka, bahkan sebagian besar diantara mereka tidak tahu membaca al-Quran. Maka tidak heran jika akidah mereka mudah luntur dari pegangan agama. Muda-mudi pada hari ini sangat jauh dari Al-Quran.

Pada masa awal diturunkannya al-Quran, para sahabat yang memeluk Islam dan menjadi pengikut Nabi sangat gembira dengan turunnya wahyu. Hingga mereka menangis ketika Rasulullah wafat. Bukan karena dukacita diatas kematian baginda semata-mata, tetapi paling sedih karena wahyu agung dari langit telah terhenti. Ini karena, al-Quran yang telah menunjuki hidup mereka dari kejahilan, menggembirakan hati mereka dengan janji-janji yang akan diberikan oleh Alloh , menerangkan hukum-hukum yang selama ini mereka tidak ketahui.

Sungguh amat berbeda keadaan orang beriman dan golongan munafik yang membaca al-Quran. Hati golongan munafik yang sentiasa gelisah dan resah setiap kali menemui ayat-ayat hukum. Jiwa mereka memberontak dengan apa yang diharamkan oleh Alloh swt. Mereka berusaha mentakwil dan memutar-mutar maknanya. Berbeda dengan mukmin sejati. Apa yang diperintahkan mereka lakukan dan apa yang dilarang mereka tinggalkan tanpa mempersoalkannya. Menurut Abu Musa al-Asy’ari Nabi telah bersabda:

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran seolah-olah seperti buah al-Utrujah. Baunya wangi dan rasanya juga sedap. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Quran seperti buah kurma. Tidak berbau tetapi rasanya manis. Perumpamaan munafik yang membaca al-Quran seperti raihanah. Baunya wangi tetapi rasanya pahit. Manakala munafik yang tidak membaca al-Quran pula seperti hanzolah. Tidak berbau dan rasanya terlalu pahit.” (HR. Bukhari, Muslim, al-Tirmizi, al-Nasaai dan Abu Daud).


Tadabbur Al-Quran

Yang lebih mengherankan adalah terdapat segelintir umat yang diberikan al-Quran tetapi semakin angkuh dan fasiq. Akal yang dianugerahkan oleh Alloh kepada mereka tidak digunakan sebaik-baiknya. Sedangkan, jika sendainya al-Quran diturunkan ke atas bumi, langit dan seluruh isinya pasti semuanya akan hancur lebur karena tidak sanggup menerimanya. Alloh berfirman:

“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Alloh. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” {QS. al-Hasyr (59) : 21}.

Hanya diri yang dikuasai setan dan tidak menggunakan akal saja memandang remeh perkara ini. Kelak, mereka pasti menyesal di hadapan Alloh .


Al-Quran Sudah Ditinggalkan

Tidakkah kita sebagai umat Muhammad merasa sedih setelah melihat umatnya yang ditinggalkan melebihi 1400 tahun telah kembali ke zaman jahiliah? Semuanya gara-gara meninggalkan harta pusaka Nabi yang paling bermakna, yaitu al-Quran. Sedangkan, sebelum meninggalkan umatnya beliau berpesan agar tidak meninggalkan al-Quran dan berpegang teguh padanya. Hari ini, ayat-ayat al-Quran hanya dijadikan hiasan pada dinding masjid, rumah dan lain-lain. Hakikatnya, al-Quran diturunkan bukan untuk digantung sebagai perhiasan, bukan juga untuk dijadikan alat penangkal sebagai ‘penghalau’ hantu atau setan. Tetapi, al-Quran diturunkan untuk dibaca, difahami dan diamalkan hukum-hukumnya. Hal ini sesuai dengan firman Alloh (artinya):

“Berkatalah Rosul: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang tidak diacuhkan.” {QS. Al-Furqon (25) : 30).


Kecelakaan Bagi Umat Yang Mempermainkan Al-Quran

Berhati-hatilah terhadap sifat-sifat munafik wahai pembaca al-Quran. Mereka itu adalah orang yang membaca al-Quran atau qari dan qariah yang pandai melagu-lagukan al-Quran atau pelajar di bidang al-Quran tetapi ia hanya bertujuan meraup keuntungan dunia, atau sekadar ingin menunjukan kelebihan yang dia miliki. Menurut ‘Uqbah bin ‘Amir , Nabi bersabda:

“Kebanyakan munafik dari kalangan umatku terdiri dari orang yang pandai membaca al-Quran.” (HR. Ahmad).

Selain sifat munafik di atas, sifat munafik lain yang lebih berbahaya adalah golongan orang yang mempermainkan agama dengan membacakan ayat al-Quran sambil mentakwilkan maknanya sesuai hawa nafsunya dan tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh Alloh dan Rosul-Nya. Sehingga apa yang mereka lakukan itu menyesatkan banyak manusia.

Marilah sama-sama kita mendekati al-Quran dan menjadikan ia sebagai teman di dunia dan akhirat. Di bulan Ramadhan al-Mubarak ini, dimana Alloh swt melipatgandakan segala amal kebajikan, alangkah meruginya jika kita melewatkan kesempatan ini. Karena kita tidak akan pernah tahu, apakah kita akan bertemu kembali dengan Ramadhan di tahun depan.

Allohu A’lam.

Referensi : Romadhon Bulan Qur’an (Tazkirah Romadhon), Penulis: Abu Ruwais al-Syubrawi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar