25 Desember 2011

Pengangkatan Umar bin Khoththob ra Sebagai Khalifah

Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq ra merasakan telah dekat ajalnya, maka beliau berfikir mencari penggantinya untuk memimpin kaum Muslimin. Sehingga beliau memutuskan untuk mengangkat Umar, lalu beliau memanggil Utsman bin Affan, lalu berkata: “Tulislah!” maka Utsman menulisnya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ini adalah pernyataan Abu Bakar bin Abu Quhafah, Khalifah Muhammad saw di saat akhir hidupnya di dunia, dan mulai memasuki gerbang akhirat, di mana orang kafir beriman, orang yang zalim yakin, dan pendusta akan jujur, aku mengangkat setelahku untuk memimpin kalian Umar bin al-Khoththob. Dengarkan dan taatilah ia. Sesungguhnya aku menginginkan kebaikan untuk Alloh, Rosul-Nya, agamaNya, jiwaku/ diriku dan kalian. Jika ia berbuat adil, maka itulah dugaan dan ijtihadku tentangnya. Dan jika ia berubah, maka setiap orang akan mendapatkan (balasan) apa yang diusahakannya. Hanya kebaikan yang aku kehendaki dan aku tidak mengetahui perkara ghoib, Dan orang-orang yang berbuat zolim akan mengetahui tempat kembali mereka. Wassalamu ‘alaikum wa rohmatullohi wa barokatuhu”

Lalu Abu Bakar memanggil Umar untuk bicara empat mata dan memberi wasiat kebaikan kepada kaum muslimin, Umar tidak keluar dari sisi beliau sampai Abu Bakar mengangkat tangannya dan berdiri:

“Ya Alloh, aku tidak menghendaki semua itu kecuali kemashlahatan bagi mereka dan aku khawatir fitnah akan menimpa mereka. Aku mengetahui tentang mereka dengan apa yang Engkau lebih mengetahui tentangnya. Aku berijtihad pendapat untuk mereka, maka aku angkat untuk mereka orang yang terbaik dan terkuat di antara mereka serta paling antusias untuk mengarahkan mereka.”

Kemudian beliau memerintahkan berbai’at, dan dibacakan kepada kaum Muslimin. Mereka berkata: ‘Kami dengar dan kami taati’.

Jasa-jasanya, diantaranya adalah
1. Perhatian Terhadap Umat
Seperti juga halnya dengan Khalifah Abu Bakar, iapun tinggal di rumah biasa dan hidup sebagai rakyat biasa di kota Madinah al-Munawwaroh. Sekalipun demikian beliau sangat disegani segala pihak dan ditakuti dengan penuh kehormatan.

Sebagai khalifah, hidup sahabat Nabi saw yang dikenal dengan Abu Hafsh ra ini benar-benar didedikasikan untuk mencapai ridho Ilahi. Ia berjuang bagi kepentingan umat, benar-benar memperhatikan kesejahteraan umat. Pada malam hari, ia sering melakukan investigasi untuk mengetahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya.

Suatu malam, beliau mendengar suara samar-samar dari gubuk kecil, Umar ra mendekat dan memperhatikan dengan seksama suara itu, ia melihat seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya yang sedang menangis. Ibunya kelihatan memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang ibu berkata: “Tunggulah, sebentar lagi makanannya akan matang.” Sebuah rayuan darinya.

Umar penasaran. Setelah memberi salam dan minta izin, ia masuk dan bertanya: “Mengapa anak-anak ibu tak berhenti menangis?”

“Mereka kelaparan!” jawab sang ibu.

“Mengapa tak ibu berikan makanan yang sedang ibu masak sedari tadi?” Tanya Umar.

“Tak ada makanan. Periuk yang dari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anak-anak. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”

“Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada khalifah? Mungkin ia dapat menolong ibu dan anak-anak dengan memberikan uang dari baitul mal? Itu akan membantu kehidupan ibu dan anak-anak”. Ujar Umar menasehati.

“Khalifah telah mendzalimi saya….” Jawab sang ibu.

Bagaimana khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” Umar keheranan

“Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang bernasib sama dengan saya.”, jawab sang ibu yang menyentuh hati Umar 

Umar ra berdiri dan berkata: “Tunggu sebentar bu, saya akan kembali.”

Walaupun malam semakin larut, Umar ra bergegas menuju baitul mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum di pundaknya. Satu sahabatnya, membantu membawa minyak samin untuk memasak.

Karena merasa kasihan kepada khalifah, sahabatnya berniat membantu Umar ra memikul karung itu. Tapi dengan tegas Umar ra menolak tawarannya: “Apakah kamu mau memikul dosa-dosa saya di akhirat kelak?”

2.  Baitul Mal
Orang yang pertama kali membuat sistem Baitul Mal adalah Umar bin al-Khoththob ra, pemasukannya dari zakat kaum muslimin dan pembayaran jizyah Ahli dzimmah (orang kafir yang minta perlindungan Islam), seperlima dari hasil rampasan perang, dan warisan orang Muslim yang meninggal tidak mempunyai ahli waris. Baitul mal yang terlepas dari kezaliman, bersih dari perbuatn-perbuatan para raja yang yang mengambil harta rakyatnya dengan kezaliman. Adapun penyaluran uang baitul mal; zakat diberikan kepada yang berhak mendapatkan zakat. Jizyah disalurkan di jalan Alloh swt, yaitu untuk biaya penambahan pasulan perang. Seperlima hasil rampasan perang untuk Alloh swt dan RosulNya, kerabatnya, anak-ank yatim, dan orang-orang miskin dan Ibnu sabil.

3. System Administrasi Rapi

4. Ekspansi (Pembebasan negara Thoghut menjadi Wilayah Tauhid/ Pengembangan Wilayah Islam)
Pada masa Pemerintahan Umar bin Khoththob, beliau meneruskan jihad dan penyebaran dakwah Islam ke seantero belahan bumi. beliau merasa berkewajiban untuk meneruskan perjuangan yang telah dimulai oleh Abu Bakar Shiddiq

Wafatnya Umar bin Khoththob.
Keberhasilan Umar bin Khoththob dalam memerdekakan negara-negara dunia yang cukup luas, membuat para musuh Islam dipenuhi perasaan iri dan dendam terlebih kelompok Yahudi Parsi.

Untuk itulah muncul berbagai upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Umar ra. Hingga terlaksananya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang Parsi yang bernama Abu Lu’luah. Dia adalah pembantu Mughiroh bin Syu’bah yang menikam Umar dengan khanjar (belati yang ada pegangan ditengahnya) yang memiliki dua mata kail (badik) hingga melukai Umar dengan 6 tikaman di bawah pusarnya. (pembunuhan ini merupakan konspirasi licik yang dilakukan oleh Persi (Majusi), Nashrani dan Yahudi). Akhirnya Umar wafat tahun 23 H. Setelah diangkat menjadi kholifah 10 tahun 6 bulan, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

Dia membunuh Umar karena rasa ketidakpuasannya atas keadilan yang diberikan oleh Umar terhadapnya menyangkut permasalahan khorooj (upeti). Abu Lu’luah pernah mengadu kepada Umar tentang berat dan banyaknya khorooj yang harus dikeluarkannya. Tetapi Umar menjawab: “Khorooj-mu tidak terlalu banyak,” kemudian dia menggerutu: “Keadilan Umar menyangkut semua orang kecuali aku.”

Ketika diberitakan kepada Umar bahwa yang membunuhnya adalah Abu Lu’luah, khalifah Umar berkata: “Segala puji bagi Alloh yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku muslim.” Kemudian Umar berwasiat kepada putranya: “Wahai Abdillah periksalah utang-utangku!”
Menjelang wafatnya, beliau membentuk Dewan Pemilihan Kholifah yang terdiri dari 6 orang, yaitu:

1. Ali bin Abi Tholib
2. Utsman bin Affan
3. Sa’ad bin abi Waqqosh
4. Abdur Rahman bin Auf
5. Zubair bin Awwam
6. Tholhah bin Ubaidillah.

Setelah itu Umar menyuruh anaknya untuk menghadap ‘Aisyah guna meminta izin untuk dikuburkan berdampingan dengan kedua shahabatnya (maksudnya Nabi saw dan Abu Bakar)
Maka selesailah tugas kholifah Umar dalam mengendalikan roda kepemimpinan kaum muslimin. Selamat jalan wahai pahlawan, surga yang Alloh swt janjikan telah siap menanti jasadmu yang mulia! Semoga Alloh mencurahkan kasih dan RahmatNya kepadamu.

Sumber:
  1. Siroh Khulafa Rasyidin, LBKI.
  2. 101 Sahabat Rosululloh, Pustaka al-Kautsar
  3. Tarikh islam bagian I (Khulafaur Rasyidin), Lajnah Ilmiah LPD al-Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar