13 Oktober 2011

Abu Bakar Ash-Shiddiq (bagian 2) ( 11-13 Hijriyah )

Pengangkatan beliau sebagai Kholifah

Setelah Rosululloh wafat, kaum muslimin di Madinah, berusaha mencari penggantinya. Kaum Anshor setelah mendengar berita wafatnya Rosululloh itu, mereka berkumpul di suatu tempat dekat rumah Saad bin ‘Ubadah, yatu bani Saqifah. Mereka mencalonkan Sa’ad bin ‘Ubadah, pemimpin al-Khozroj, sebagai pengganti nabi untuk memerintah. Kaum al-Aus belum memberikan persetujuan atas pencalonan itu. Sementara itu salah seorang di antara mereka (kaum anshor) bertanya: “Jika kaum Muhajirin Quraisy menolak dan berkata, ‘kami adalah Muhajirin, Shahabat Rosululloh yang pertama, keluarganya, walinya’, dan mereka menolak, bagaimana sikap kita?” Sebagian diantara mereka menjawab: “Kalau begitu, mereka mempunyai pemerintahan sendiri dan kita mempunyai pemerintahan sendiri, dan kita tetap pada pendirian ini.”

Pemimpin-pemimpin kaum Muhajirin yaitu Abu Bakar, ‘Umar dan Abu Ubaidillah bin Jarroh segera menuju tempat pertemuan kaum Anshor, setibanya ditempat itu, Abu Bakar berpidato menyampaikan pendirian kaum Muhajirin, inti pidatonya ialah menyampaikan keutamaan kaum muhajirin, sebagai orang-orang yang mula-mula beriman kepada Alloh dan membenarkan RosulNya, membelanya dan menderita bersamanya. Karena itu mereka lebih berhak memimpin Ummat ini sesudah wafatnya beliau saw. Tidak dapat diingkari bahwa kaum Anshor juga memiliki kemuliaan dalam agama, tidak ada yang dapat menandingi keutamaan mereka dalam Islam. Alloh meridhoi kaum Anshor karena membela agama dan RosulNya, mereka adalah Shohabat-shohabat Rosululloh saw. Karena itu, kami orang-orang Muhajirin menjadi pemimpin dan kalian orang-orang Anshor menjadi menteri-menteri.

Kaum Anshor tidak puas dengan pidato Abu Bakar, karena itu al Hubbab bin Mundzir bangkit lalu mengemukakan pendiriannya seraya berkata: “Wahai kaum Anshor, tetaplah kalian pada pendirian kalian, karena sesungguhnya manusia berada pada lindungan dan naungan kalian. Janganlah kalian berselisih, tidak ada jalan lain kecuali mengikuti pendapat kalian, kalian adalah orang-orang yang memiliki kemuliaan, kehormatan, manusia akan melihat apa yang kalian usahakan, maka janganlah kalian berbeda pendapat, sehingga merusakkan pendapat kalian. Bagi kita seorang pemimpin dan bagi mereka (Muhajirin) seorang pemimpin”. Maka masing-masing pihak tetap mempertahankan pendiriannya.

Dalam suasana yang demikian, ‘Umar bin Khoththob dan Abu Ubaidillah bin Jarroh langsung membai’at Abu Bakar, kemudian Basyir bin Sa’ad tampil ke depan dan membai’atnya pula. Selanjutnya diikuti oleh kelompok al Aus kemudian oleh pemimpin-pemimpin kabilah lainnya, akhirnya seluruh kaum Muslimin (termasuk kaum anshor) ikut membai’at Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Rosululloh saw.

Pada saat itulah Abu Bakar memberikan khutbahnya yang terkenal dan tercatat dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran sejarah:

“Segala puji dan puja hanyalah milik Alloh. Wahai kaum Muslim semuanya, kalian telah memilihku sebagai kholifah padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, jika aku berlaku adil, maka bantulah aku. dan jika aku aniaya, maka nasehati dan luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanat sedangkan dusta merupakan pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat menurut pandanganku hingga aku berikan hak-haknya, Insya Alloh. Dan orang-orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang lemah dalam pandanganku hingga ia tunaikan kewajibannya, Insya Alloh. Janganlah kalian berhenti berjihad, tidaklah suatu kaum yang meninggalkan jihad kecuali akan menerima kehinaan dari Alloh swt, dan tidaklah tersebar kemungkaran pada suatu kaum kecuali Alloh timpakan bala (bencana) pada segenap (penghuninya). Ta’atilah aku selama aku berada dalam keta’atan terhadap (perintah) Alloh dan RosulNya. Dan jika aku bermaksiat kepada Alloh dan RosulNya, maka tidak ada keta’atan kalian kepadaku." (Khulafaur Rosyidun wa ad-Daulah al-Umawiyah: 13, terbitan Universitas Islam Imam Muhammad ibn Saud, Saudi Arabia, cet-5, 1431 H).


Gerakan Kemurtadan dan Tindakan yang dilakukan Abu Bakar

Belum lagi Abu Bakar menerima dan menduduki jabatan Khalifah yang sangat berat, muncullah gerakan kemurtadan hampir diseluruh penjuru Jazirah Arab, gerakan ini menjadi sumber fitnah yang besar. Fitnah ini ada dua model:

Yang pertama adalah orang yang menolak membayar zakat, karena menurut mereka zakat itu merupakan pajak yang harus dibayarkan kepada Rosululloh , maka setelah Rosululloh wafat hal tersebut tidak berlaku lagi.

Yang kedua adalah keluar secara terang-terangan dari agama Islam dan bergabung dengan gerakan nabi-nabi palsu.

Gerakan Nabi palsu sebenarnya sudah mulai kelihatan beberapa saat sebelum wafatnya Rosululloh saw, yang menjadi pemicunya adalah fanatisme kesukuan (ini yang menjadi pemicu utama), dan adanya rasa ingin di muliakan oleh sukunya, dan tentunya hal ini ada campur tangan Iblis La’natulloh. Maka muncullah Musailamah al-Kadzdzab dari Bani Hanifah dan mengaku dirinya adalah nabi yang kemudian diikuti oleh kebanyakan orang dari Qabilahnya, hal ini karena fanatisme tersebut.

Di Bani Tamim juga ada nabi perempuan yang dikenal dengan nama “Sijaah”. Begitu pula di Yaman, muncul juga nabi yang dikenal dengan “al-Aswad al-‘Unasy.

Nabi-nabi palsu ini telah menimbulkan kerusakan diseluruh penjuru Jazirah Arab, pengikut mereka adalah orang-orang yang dengki dan iri kepada Qabilah Quraisy karena Muhammad berasal dari Qabilah Quraisy, orang-orang yang masuk Islam tersebut (yang ikut ajaran nabi palsu) hanya karena patuh terhadap para petinggi qabilah mereka atau karena takut, sedangkan iman belum masuk ke relung hati mereka, sebagaimana keadaan orang-orang badwi, firman Alloh :

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” {QS. al-Hujurot (49) : 14}

Kedua Gerakan ini hampir saja bergabung dan bersatu, hal yang membuat mereka bersatu adalah kebencian kepada Islam dan berusaha untuk menghancurkannya, kebencian terhadap Islam dan usaha untuk yang memerangi Islam inilah yang menjadi tanggung jawab Abu Bakar untuk memadamkannya, sebelum menjadi kekuatan besar yang membahayakan Islam dikemudian hari.

Saudaraku,...hal ini sudah jelas bahwa orang yang menolak membayar zakat (baik itu zakat fithri maupun zakat mal/ harta benda -red) hukumnya sama dengan orang yang murtad dan wajib dibunuh. sebab, Orang bisa murtad karena menolak membayar zakat, bila tidak diberi hukuman maka akan mudah baginya untuk juga meninggalkan sholat, yang akhirnya akan keluar dari agama secara keseluruhan, ini adalah tekad Abu Bakar yang berasal dari kepercayaan yang sangat akan pertolongan Alloh .

Dari Abi Huroiroh ia mengatakan tatkala telah wafat Rosululloh dan adalah Abu Bakar (sebagai khalifah) dan kafirlah orang-orang yang murtad dari kalangan bangsa Jazirah Arab. Maka berkatalah Umar bin Khoththob “Bagaimana kamu memerangi manusia, padahal Rosululloh telah bersabda; ‘Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengikrarkan Laa Ilaaha Illallah, maka jika mereka telah mengikrarkannya, haram/tak boleh diganggu darah mereka dan harta mereka kecuali dengan alasan yang haq, dan hisabnya terserah Alloh swt”.

Maka berkatalah abu bakar, “Demi Alloh, benar-benar akan aku perangi orang yang memisahkan antara sholat dan zakat, sesungguhnya zakat itu haknya bagi harta, demi Alloh! Jikalau mereka menghalangi bagiku anak kambing, yang dulu pernah mereka keluarkan pada masa Rosululloh , benar-benar aku perangi atas penolakan mereka!” Maka berkatalah Umar, “Maka demi Alloh, pendapatnya itu tidak lain karena Alloh telah melapangkan dadanya Abu Bakar untuk memerangi, dan aku memahami pendapat itu adalah haq.” (HR. Bukhori dalam Kitabuz Zakat dan Tirmidzi menilainya hasan shohih).

Kemudian Abu Bakar mengirim surat yang ditujukan kepada seluruh murtaddin di seantero Jazirah Arab melalui beberapa utusan yang berangkat lebih dulu dari pasukan, agar para utusan tersebut membacakan surat itu kepada masyarakat dan membuka pintu selebar-lebarnya untuk kembali keharibaan Islam dan memberi mereka kesempatan untuk berfikir dan merenungi hal tersebut, hingga mereka bisa membebaskan diri mereka dari murka Alloh sebelum mereka diperangi dan sebelum darah tertumpah sia-sia. yang mau menuruti dan menerima dakwah tersebut maka mereka akan dibantu... sedangkan yang menolak dan enggan kembali kepangkuan Islam, tapi malah tetap di dalam kekafiran, mereka inilah yang diperangi.

Hasil dari kebijakan ini adalah pecahnya peperangan dan bentrokan yang dahsyat antara pasukan kaum muslimin dengan para murtadin yang bergabung dengan para nabi-nabi palsu dan orang-orang yang murtad, kaum muslimin mengerahkan seluruh kekuatannya dalam peperangan ini, sehingga kekuatan iman mereka benar-benar tampak dengan jelas, dan akhirnya dalam kurun waktu kurang dari setahun pasukan muslimin berhasil membungkam dan meredakan fitnah tersebut; mengembalikan para murtaddin keharibaan Islam, agama yang telah disampaikan Rosululloh dengan murni dan bersih.

Dengan demikian Islam kembali mendapatkan kekuatan dan kemajuannya diseantero penjuru Jazirah, kalimat tauhid kembali meninggi. hal tersebut berkat rahmat Alloh dan usaha Abu Bakar ash-Shiddiq seorang mu’min yang mempunyai sikap yang teguh, tegas dan tegar –setegar gunung yang kokoh- berjihad dijalan Alloh, maka Alloh-pun memenangkannya dengan agama ini. Peperangan melawan kemurtadan ini dimulai tahun 11 H dan berakhir pada tahun ke 12 H.


Wafatnya

Setelah menderita sakit selama lima belas hari, Abu Bakar pun wafat pada tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H (22 Agustus 634 M). Dan beliau di makamkan di samping makam suri teladan dan shahabat tercintanya, Rosululloh saw.

Beliau memerintah selama dua tahun tiga bulan sepuluh malam dan umur beliau mencapai 63 tahun. Semoga Alloh merahmati dan mencurahkan kasihNya padanya. -------------

Sumber:
  1. Khulafaa ‘an Nabi (Abu Bakar ash Shiddiq): ( Ust. Abdul Mun’im al Haasyimi).
  2. Tarbiyyah Agama Islam Terpadu (3), al Hidayah, LPD al-Huda Bogor.
  3. Tarikh Islam Bagian I (Khulafaur Rosyidin), Lajnah Ilmiah LPD al Huda.
  4. Khulafaur Rosyidun wa ad-Daulah al-Umawiyah, terbitan Universitas Islam Imam Muhammad ibn Saud, Saudi Arabia, cet-5, 1431 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar