14 Oktober 2011

Abu Bakar Ash-Shiddiq (bagian 1) (Nasab, Keislaman dan keutamaannya)

Nama dan Nasabnya

Nama asli beliau adalah Abdullah bin Utsman at-Taimy al-Quraisy, lahir dua tahun sesudah kelahiran Rosululloh saw. Pada masa Jahiliyah beliau dipanggil Abdul Ka’bah atau Abdul Uzza kemudian ketika masuk Islam beliau dipanggil dengan (kuniyyah) Abdullah bin Utsman, Utsman adalah bapaknya yang lebih dikenal dengan nama Abu Quhafah. Jadi, nama Abu Bakar ash-Shiddiq adalah ‘Abdullah bin Abi Quhafah (nama aslinya ‘Utsman) bin ‘Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Gholib. Nasabnya bersatu dengan Nabi pada Murroh bin Ka’ab.

Beliau dipanggil (dengan kuniyyah) Abu Bakar karena cepatnya beliau menerima dakwah, beliau juga orang yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau diberi gelar Atiq karena ketampanan wajahnya. dan Beliaupun diberi gelar ash Shiddiq karena kepribadiannya yang selalu membenarkan (baik itu perbuatan maupun perkataan) apa yang disampaikan oleh Rosululloh saw. Pada suatu pagi peristiwa Isro’ Mi’roj Rosululloh saw, orang-orang Musyrik mendatangi Abu Bakar ra, seraya mereka berkata:

“Apakah engkau mendengar tentang shahabatmu? Ia mengaku sudah melakukan perjalanan dalam satu malam menuju Baitul Maqdis.” Abu Bakar berkata: “Muhammad berkata demikian?” Mereka menjawab: “Ya!” Maka Abu Bakar berkata: “Beliau jujur/ benar.
Aku akan membenarkannya apapun yang lebih dari itu dengan berita langit.”


Keislamannya

Abu Bakar bercerita:

“Dahulu, aku duduk-duduk di halaman Ka’bah, begitu juga dengan Zaid bin Amr bin Nufail. Lalu, melintaslah Umayyah bin Abish Sholt. Ia berkata: “Bagaimana khabarmu pagi ini wahai pecinta kebaikan?” Zaid berkata: “Baik-baik” Umayyah berkata: “Apa yang engkau dapatkan?” Ia menjawab: “Tidak ada” Umayyah berkata: “Setiap agama pada hari kiamat akan hancur kecuali apa yang di tetapkan oleh Alloh (pada hakekat). Baik Nabi yang ditunggu ini dari kita atau dari kalian.” Kemudian Abu Bakar berkata: “Aku belum pernah mendengar sebelumnya seorang nabi yang ditunggu dan di utus. Lalu aku pergi menuju Waroqoh bin Naufal yang banyak mengerti tentang berita langit dan aku ceritakan kisah tersebut.” Beliau berkata: “Benar hai anak saudaraku. Sesungguhnya kami ahlul kitab dan ahli ilmu. Akan tetapi, Nabi yang ditunggu ini berasal dari nasab bangsa Arab pertengahan dan kaummu adalah asal dari nasab bangsa Arab pertengahan.” Suatu saat aku menuju Yaman dan singgah pada seorang alim yang sudah tua di Azd. Ia membaca kitab mengajarkan manusia banyak ilmu, ketika dia melihat aku, ia berkata: “Aku menduga engkau orang haram (Mekkah)? Aku temukan dalam ilmu yang shohih dan benar bahwa Nabi diutus di negeri haram.” Lalu aku menuju Mekkah dan selanjutnya aku didatangi oleh ‘Uqbah bin Abi Mu’it, Syaibah, Robi’ah, Abu Jahl, dan tentara-tentara Quraisy. Mereka berkata: “Hai Abu Bakr. Alangkah besar omongannya anak yatim Abu Tholib itu. Ia menyangka (mengaku) bahwa dia adalah nabi yang diutus. Kalau tidak karena menunggumu, kami pasti sudah mendatanginya. Karena engkau sudah datang, maka cukuplah engkau mendatanginya.”

Lalu, Abu Bakar mencari Nabi dan bertanya dimana beliau berada. lalu dikhabarkan bahwa beliau berada di rumah Khodijah. Maka, aku mendatanginya, setelah masuk aku bertanya:
“Ya Muhammad. Engkau meninggalkan lingkungan keluargamu dan meninggalkan agama nenek moyangmu?” Nabi menjawab: “Ya Abu Bakar. Aku adalah utusan Alloh kepadamu
dan kepada seluruh manusia, berimanlah engkau kepada Alloh!” Aku bertanya: “Apa tandanya bagimu?” Beliau menjawab: “Orang tua yang engkau jumpai di Yaman.” Aku bertanya: ”Berapa jumlah orang tua yang aku jumpai di Yaman?” Beliau menjawab:
“Orang tua yang memberikanmu beberapa bait... ... ... (dan seterusnya)” (beliau menceritakan dan menyebutkan jumlah orang tua yang dijumpai Abu Bakar) lalu aku bertanya: “Siapa yang mengkhabarkan kepadamu?”
Beliau saw menjawab: “Aku dikhabarkan oleh Malaikat agung yang mendatangi Nabi sebelumku.” Lalu aku (Abu Bakar) berkata: “Ulurkan tanganmu.” akupun menjabat tangan
beliau dan mengucapkan:



“Aku bersaksi bahwa, tidak ada Ilah yang wajib disembah selain Alloh, dan aku bersaksi bahwa, Muhammad adalah utusan Alloh”.


Keutamaan-Keutamaan Abu Bakar


Banyak pujian yang diberikan oleh Rosululloh kepada Abu Bakar ra, diantaranya:


1. Rosululloh bersabda:

“Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih dari ummatku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam.” (HR. Bukhori dan Muslim).


2. Amr bin ‘Ash berkata:

“Aku bertanya: Siapakah orang yang paling engkau cintai (Wahai Rosul) ? Beliau (Rosululloh saw) menjawab: ‘Aisyah. Aku bertanya; “Dari laki-laki?” Beliau saw menjawab: “Bapaknya (yaitu: Abu Bakar)”. Aku bertanya: kemudian siapa lagi? ‘Umar dan beliau menyebut beberapa tokoh shahabat.” (HR. Bukhori no.36612 dan Muslim no. 2384).


3. Beliau adalah seorang yang sangat dermawan.

‘Umar bin Khoththob pernah bercerita:

“Rosululloh memerintahkan kami untuk bershodaqoh, dan saat itu aku ingin bershodaqoh dengan harta yang aku miliki. Aku berkata dalam hati: “Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar, maka aku datang kepada Rosululloh dengan separoh hartaku. Rosululloh bertanya: “Apa yang engkau tingalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: “Sama dengan yang aku berikan ya Rosululloh.” lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya, maka Rosululloh bertanya: “Ya Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan bagi mereka Alloh dan RosulNya, Maka Umar pun berkata: “Aku tidak pernah mampu mengalahkan engkau selama-lamanya”
(HR. Abu Daud: no.1678 dan at-Tirmidzi: no.3657, ia berkata: “Hadits Hasan Shohih”).

“Ketika Abu Bakar telah diangkat menjadi khalifah, Beliau sering meninjau rakyatnya secara langsung setelah sholat fajar setiap hari, Sehingga membuat Umar merasa heran dan ingin melihat apa yang akan dikerjakan Beliau?, pada suatu hari Abu Bakar masuk ke dalam salah satu gubuk milik orang muslim (setelah beberapa lama) Abu Bakar keluar. Umar mengikutinya dari belakang, tanpa diketahui Abu Bakar dan masuk ke dalam rumah yang telah dimasuki Abu Bakar, maka Umar bin Khoththob melihat perempuan tua renta yang buta di dalamnya.
Umar bertanya: “Wahai Nenek siapakah Anda?,
Dijawab: “Aku adalah orang tua renta yang lemah dan buta”,
Umar berkata: “Lalu siapakah seseorang yang telah mendatangimu tadi?,
“Aku tidak mengenalnya”, jawab si Nenek.
“Lalu apa yang dia lakukan?”
“Dia membuatkan kami makanan, membersihkan rumah, memerahkan susu kambing untuk kami”.
(mendengar hal itu) Umar menangis seraya berkata: Apakah akan ada lagi seorang khalifah yang sebaikmu, sepeninggalmu nanti wahai Abu Bakar” (Raudhotul Muhibbin, Ibnul Qoyyim).


4. Lebih mencintai Alloh dan RosulNya. Cinta Abu Bakar kepada Rosululloh melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.

Pada peristiwa hijrah, Rosululloh dan Abu Bakar dinyatakan bahwa sesampainya di mulut gua (untuk menghindari kejaran orang-orang kafir Quraisy), Abu Bakar berkata: “Demi Alloh, janganlah engkau masuk ke dalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres, biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau”. Lalu Abu Bakar memasuki gua dengan menyisihkan kotoran yang meng-halanginya. Di sebelahnya dia mendapatkan lubang. Dia robek mantelnya menjadi dua bagian dan mengikatnya ke lubang itu, robekan satunya lagi dia balutkan ke kakinya, setelah itu Abu Bakar berkata kepada beliau saw: “Masuklah! Maka beliau pun masuk ke dalam gua. Setelah mengambil tempat di dalam gua, beliau merebahkan kepala di atas pangkuan Abu Bakar dan tertidur. Tiba-tiba Abu Bakar disengat hewan (kalajengking berbisa) dari lubangnya. Namun, dia tidak berani bergerak, karena takut akan mengganggu tidurnya Rosululloh . Dengan menahan rasa sakit, air matanya menetes ke wajah beliau . “Apa yang terjadi denganmu wahai Abu Bakar?” tanya beliau saw. Abu Bakar menjawab: “Saya digigit binatang.” Kemudian Rosululloh meludahi bagian yang digigit tersebut sehingga hilang rasa sakitnya.


5. Takut kepada Adzab Alloh

Imam Ahmad berkata: “Abu Bakar memasuki kebun milik orang Anshor, Dia melihat seekor burung yang terbang dari dahan satu ke dahan yang lain, lalu Dia menangis dan terduduk, salah sahabat berkata kepadanya:
“kenapa engkau ini wahai khalifah Rosululloh".
Abu Bakar menjawab: “Alangkah bahagianya burung itu, dia minum air, memakan buah-buahan lalu mati tanpa ada hisab (perhitungan amal) dan tidak pula ada adzab... (alangkah bahagianya) Jika aku menjadi burung saja” (Imam ahmad di dalam kitab az Zuhud tentang zuhudnya Abu Bakar hal.162).

Bersambung.....................



Referensi:
  1. ENSIKLOPEDI HADITS (Kitab 9 Imam Hadist) Lidwa Pusaka i-Software - www.lidwapusaka.com
  2. Tarikh Islam Bagian I (Khulafaur Rosyidin), Lajnah Ilmiah LPD al Huda.
  3. Raudhotul Muhibbin, Ibnul Qoyyim.
  4. Kitab az Zuhud, Imam ahmad.
  5. Tarbiyyah Agama Islam Terpadu (3), al -Hidayah, LPD al-Huda Bogor.
  6. Khulafaa ‘an Nabi (Abu Bakar ash Shiddiq):( Ust. Abdul Mun’im al Haasyimi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar