Membicarakan keutamaan ‘Umar merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan meneladaninya dalam segala aspek dunia dan akhiratnya. Alloh swt menganugerahkan kepada ‘Umar banyak keutamaan dan kelebihan yang tak dimiliki oleh manusia selainnya. Berikut ini beberapa contoh tentang keutamaan ‘Umar bin Khaththab ra:
1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘Umar ra termasuk penghuni surga.
Sungguh hal ini merupakan keagungan dan ketinggian kedudukan Umar ra. Di waktu ia masih hidup, diberitakan kabar gembira bahwa ia kelak memasuki surga. Yang sangat menakjubkan berita itu bersumber dari lisan Rosululloh saw yang perkataannya tak pernah didustakan sedikitpun.
Dari Sa’id bin Zaid ra, bahwa ia bertutur; “Aku bersaksi atas nama Rosululloh saw, aku mendengar bahwa beliau bersabda: “(Sepuluh shahabat yang masuk surga adalah): (1) Abu Bakar (ash-Shiddiq); (2) Umar bin al-Khoththob; (3) ‘Utsman (bin ‘Affan); (4) Ali (bin abi Tholib); (5) Tholhah (bin ‘Ubaidillah); (6) al-Zubair (bin al-Awwam); (7) Abdur Rahman bin ‘Auf; (8) Sa’ad (bin Abi Waqqosh); (9) Sa’id (bin Zaid); dan (10) Abu ‘Ubaidah bin al-Jarroh.” (HR. at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Dari Abu Huroiroh ra, bahwa ia bertutur:
Rosululloh saw pernah berada di atas bukit (gua) Hiro bersama Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Tholhah dan az-Zubeir. Tiba-tiba bukit bergetar, maka beliau saw bersabda:
“Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid.” (HR. at Tirmidzi dan Ahmad)
2. Beliau adalah Shahabat yang tiga pendapatnya disetujui oleh Alloh swt, Umar ra berkata:
“Robb-ku menyetujui aku dalam 3 hal: “Tentang maqom Ibrohim, tentang hijab, dan tentang tawanan Badar.” (HR. Bukhori: 4483 dan Muslim: 2399)
Umar ra berkata:
“Aku bertanya: Ya Rosululloh, seandainya engkau menjadikan maqom Ibrahim sebagai tempat sholat, maka turunlah ayat (al Baqoroh: 125). Dan aku berkata: Ya Rosululloh, sesungguhnya rumah-rumah isterimu dimasuki oleh orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat, alangkah baiknya kalau seandainya engkau perintahkan mereka untuk berhijab, maka turunlah ayat hijab (al-Ahzab: 53).” (HR. Bukhori: 4483)
3. Seorang yang disegani, ditakuti, hingga syetanpun akan lari jika berpapasan dengan beliau.
Setan adalah factor terbesar yang menjerumuskan manusia kepada tindakan kemaksiatan. Ia musuh terburuk bagi manusia agar menjadikannya sebagai musuh. Begitulah peran berbahaya setan.
Namun keperkasaan dan kekuatan setan untuk merayu manusia agar menjadi penghuni neraka jahannam bersamanya bertekuk lutut dan tak berdaya di hadapan ‘Umar bin Khoththob ra.
Rosululloh saw bersabda:
“Sungguh hai Ibnul Khoththob, Demi jiwaku yang berada di tanganNya, kamu tidak akan menjumpai setan berjalan pada suatu jalan melainkan ia berjalan di jalan selain jalanmu”. (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Rosululloh saw juga bersabda kepada Umar bin Khoththob ra:
“Sesungguhnya saya melihat setan-setan jenis manusia dan jin berlarian dari Umar.” (HR. at-Tirmidzi)
4. Kemuliaan ‘Umar ra tak hanya sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya.
Di bawah naungan tarbiyah nubuwah, ‘Umar ra menjadi sosok pribadi yang hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran dan keislaman. Hal ini membuahkan kejernihan dan keputihan hatinya. Oleh karena itu, meluncurlah dari lisan ‘Umar ra kebenaran.
kadangkala Umar mengemukakan sebuah pendapat dan akhirnya turun al-Qur’an sesuai dengan pendapatnya, hal ini menunjukkan kecerdasan dan kematangan berpikirnya,...diantaranya adalah ketika Alloh menjelaskan lewat wahyu yang turun tentang kemudhorotan yang diakibatkan oleh khomr, Umarpun berujar: “Semoga Alloh menurunkan ayat yang mengharamkan khomr secara mutlak”, lalu berucap: ‘Ya Alloh terangkanlah kepada kami tentang khomr dengan sejelas-jelasnya, lalu turunlah firman Alloh swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٩٠)
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 90)
demikian juga sebelum turunnya ayat isti’dzaan (minta izin), disebutkan bahwa pada suatu siang, Rosululloh saw mengutus seorang anak laki-laki dari Anshor untuk memanggil Umar bin Khoththob, anak tersebut mendapati Umar sedang tidur, dan dia langsung masuk tanpa terlebih dahulu minta izin lalu memanggil Umar, Umar langsung terbangun dan auratnya terbuka, lalu berujar: “Saya sangat berharap semoga Alloh melarang anak-anak, wanita-wanita (budak), pembantu-pembantu kita untuk masuk kerumah kita (ruang pribadi) pada saat-saat seperti itu kecuali dengan minta izin terlebih dahulu,...lalu Umarpun menghadap Rosululloh saw, dan mendapati bahwa ayat tentang isti’dzan (minta izin) tersebut telah turun, yaitu qur’an surat an-Nur ayat 58.
Umarpun langsung sujud, bersyukur kepada Alloh swt atas nikmat besar yang diberikan Alloh kepadanya, sebab sesuatu yang dia harapkan langsung terlaksana dan dikabulkan oleh Alloh swt, maka tidak heran bila Rosululloh saw memuji Umar dengan ungkapan:
“Sesungguhnya Alloh menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati Umar, dan dia adalah “al-Faruq” yang membedakan antara yang haq dan yang bathil”(al-Khalafaur-Rasyidun Wad Daulah al-Umawiyah: 39)
ketika Umar ra mengusulkan agar tawanan perang Badar dipenggal, lalu ayat al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat agar isteri-isteri Nabi Muhammad saw berhijab, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat untuk menjadikan tempat Nabi Ibrohim as saat berdiri mendirikan Ka’bah sebagai tempat sholat, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. ‘Umar berkata kepada isteri-isteri Nabi saw pada waktu berkumpul dengan mereka sebab rasa cemburu diantara mereka kepada beliau saw, “Apakah kalian akan menghentikan tindakan kalian atau Robbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian?”
Kemudian al-Qur’an turun bersesuaian dengan pendapat ‘Umar ra tersebut:
Alloh swt berfirman:
“ jika Nabi menceraikan kalian, boleh Jadi Robbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS. At-Tahrim: 5)
Tatkala ‘Abdullah bin Ubai bin Salul wafat, nabi Muhammad saw berdiri hendak mensholatinya, lalu ‘Umar ra menarik baju beliau agar tidak melakukannya seraya berkata, “Wahai Rosululloh sesungguhnya ia seorang munafik!” lalu beliau tetap menyalatinya, maka Alloh swt menurunkan firmanNya kepada beliau saw yang berbunyi:
“dan janganlah sekali-kali kamu mensholati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik.” (QS. Taubah: 84)
‘Umar ra adalah penjaga dan pemelihara Islam, karena Alloh swt menjadikan kebenaran pada lisannya. Ibnu Umar ra meriwayatkan dari Rosululloh saw, bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya Alloh swt menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar ra” (HR. at-Tirmidzi)
Ibnu Umar ra berkata:
“Tidaklah ada suatu perkara yang terjadi di kalangan para sahabat, lalu mereka membahasnya begitu pula ‘Umar ra, melainkan al-Qur’an turun sesuai dengan pendapat Umar ra.”
5. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Alloh swt.
Suatu keistimewaan luar biasa yang Alloh swt anugerahkan kepada hambaNya ini. Yaitu hatinya dibisikkan sesuatu oleh Alloh swt untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan, antara kekufuran dan keimanan, antara ketaatan dan kefasikan.
Rosululloh saw bersabda:
“sungguh pada umat-umat terdahulu sebelum kalian, ada orang-orang yang diberi ilham, maka jika ada pada umatku seorang saja, sesungguhnya itu adalah ‘Umar”. (HR. al-Bukhori dan Muslim)
6. Salah satu sebab kejayaan Islam.
‘Abdulloh bin Mas’ud ra berkata:
“Kita senantiasa dalam kemuliaan sejak Umar masuk Islam.” (HR. al-Bukhori)
‘Umar ra dikenal di masa jahiliyah sebagai orang yang sangat pemberani. Oleh karena itu, Rosululloh saw sangat berharap terhadap keislamannya hingga beliau berdoa:
“Ya Alloh, muliakanlah Islam dengan ‘Umar bin al-Khoththob atau Amr bin Hisyam.”
Doa Rosululloh saw terkabul dan terbukti dengan keislaman ‘Umar ra sehingga barisan kaum Muslimin semakin kuat dan perkasa. Umar ra mengajak kaum muslimin agar menampakkan keislamannya dengan terang-terangan.
Bersambung……………………….
Sumber:
1. Siroh Khulafa Rasyidin, LBKI.
2. 101 Sahabat Rosululloh, Pustaka al-Kautsar
3. Tarikh islam bagian I (Khulafaur Rasyidin), Lajnah Ilmiah LPD al-Huda