18 September 2011

Menghadapi Kenakalan Anak dalam Rumah Tangga

Saudaraku,… Sesungguhnya Alloh swt mengutus Nabi Muhammad guna menyempurnakan keutamaan akhlak. Termasuk dalam urusan penyempurnaan akhlak adalah memberi perlakuan yang baik kepada anak, seperti mendidik, berlaku sabar dalam menghadapi kenakalannya maupun sabar dalam memberi bimbingan sejak masih dalam kandungan sampai mereka dewasa. Selama ini sebagian orang tua bersikap reaksioner atas semua tindakan anak, mereka memandang anak sebagai orang dewasa dalam bentuk mini dan semua yang dilakukan harus sesuai dengan kelakuan orang tua.

Maka jika anak nakal, yang dilakukan oleh orang tua biasanya adalah mengurung, menghajar, mengisolasi dari pergaulan, mengurangi uang saku dan sebagainya. Mengapa orang tua tidak bertanya kepada diri sendiri ada apa dengan anak saya, apa yang kurang dari diri saya? Tidak mengherankan jika sekarang orang tua banyak mengeluh karena anaknya terlibat dan akrab dengan narkoba, diskotik, minuman-minuman keras serta pergaulan bebas. Orang tua selama ini hanya mampu memberikan ruang dan memenuhi kebutuhan fisiknya sedangkan kebutuhan psikisnya terabaikan.

Bagaimana tidak terabaikan jika mereka hanya dirawat dan dididik oleh pembantu yang kurang pendidikannya terutama pendidikan keislamannya, sekalipun ayah ibunya seorang doktor. Bukankah sayang jika permata hati kita nantinya hanya generasi yang penuh dengan daging tambun sedangkan hatinya keropos dari nilai-nilai dan ruh agama Islam maupun ilahiyah. Padahal anak sesuai dengan fitrahnya merupakan amanat Alloh yang harus dijaga, dipelihara, dan dirawat dengan kesabaran disertai dengan tawakkal untuk tetap berdoa semoga diberi anak-anak yang sholih, bukan cuma cerdas dan berprestasi di sekolah semata akan tetapi mampu menjadi qurrotu a’yun di masa depan.

Sesuai dengan firman Alloh dalam surat al-Furqon (25) ayat 74:

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Tidak mengherankan jika Alloh selalu berpesan bahwa anak-anak adalah perhiasan. Rosululloh adalah sebaik-baik contoh dalam memperlakukan anak. Bagaimana Rosululloh mengajak cucu-cucunya bermain, mengajarkan cinta kepada anak-anak, kepada para shahabatnya.

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri telah menceritakan kepada kami Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah berkata; “Rosululloh pernah mencium Al Hasan bin Ali sedangkan disamping beliau ada Al Aqra’ bin Habis At Tamimi sedang duduk, lalu Aqra’ berkata; “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun, maka Rosululloh memandangnya dan bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Al-Bukhari)

Mencium anak-anak merupakan salah satu wujud kasih sayang orang tua kepada anak sekaligus merupakan contoh riil agar anak tidak mencium kepada orang lain yang bukan mahramnya. Pengalaman orang tua sering mencium anaknya sampai mereka dewasa tidak akan menjadikan anak-anak mencium orang lain apalagi sampai berbuat zina, karena mereka sendiri telah merasa kecukupan dengan kasih sayang dari orang tua, insya Alloh mereka akan menjadikan anak-anak yang diharapkan.

Apa yang sudah dicontohkan Rosululloh menegaskan bahwa:

  1. Wajib bagi orang tua menyelenggarakan pendidikan dalam rumah tangganya.
  2. Kewajiban tersebut wajar karena Alloh menciptakan orang tua yang bersifat mencintai anak-anaknya. Jadi yang pertama hukumnya wajib, kedua karena orang tua senang mendidik anak-anaknya. Inilah modal utama bagi pendidikan dalam keluarga itu dilaksanakan dan apa tujuannya, serta kapan mulainya.
Cinta kepada anak seringkali menyebabkan orang tua membanggakan anaknya. Mereka sering dengan semangat meluap-luap menceritakan anaknya kepada tamunya atau kawan-kawannya. Terutama mengenai kecerdasannya, kelucuannya, kepintarannya, keberaniannya dan kegemasannya. Kadang-kadang cerita ini menjemukan orang yang mendengarkannya. Sebaliknya tak ada orang yang ingin menceritakan kepada tamunya bahwa anaknya bodoh, nakal, penakut, dan sebagainya.

Anak sering pula menyebabkan orang tua lupa kepada Alloh dan RosulNya. Saking sibuknya mengurus anak-anaknya, mereka bekerja mati-matian mencari uang agar semua permintaan anaknya dapat terpenuhi. Kadang-kadang permintaan yang tidak masuk akalpun dipenuhi, demi cintanya kepada anak. Sayang anak tidak jarang menyebabkan orang tua korupsi dan mencuri.

Kadang-kadang karena merasa anak-anaknya kuat, cerdas, juara kelas, pemberani, maka orang tua merasa hidupnya akan aman. Oleh karena itu mereka mulai meninggalkan Robb-Nya (Tuhan). Seringkali orang tua membela anaknya yang berbuat salah sampai orang tua lupa bahwa membela yang salah adalah pelanggaran aturan Alloh .

Orang tua dapat juga menjadi budak anaknya, dikala ia merasa wajib memenuhi segala keinginan anaknya. Kewibawaan orang tua telah hilang, karena ia kalah dan dibentuk oleh anaknya karena terlambat atau tidak mampu memenuhi permintaan anaknya. Seperti tidak berani membangunkan anaknya untuk sholat shubuh karena takut anaknya kaget atau marah.

Ayat al-Qur’an berikut dapat menjadi renungan untuk kita seperti yang tertera dalam surat saba’ (34) ayat 37:

"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)."

Berdasarkan ayat diatas, bagi orang tua, mendidik anak adalah kewajaran, karena kodratnya; selain itu karena cinta. Mengingat uraian di atas, maka secara sederhana tujuan pendidikan anak di dalam keluarga ialah agar anak itu menjadi anak yang shalih.

anak seperti itulah yang patut dibanggakan (kita mencintai mereka karena mereka mencintai Alloh swt). Tujuan lain adalah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak menjadi musuh bagi orang tuanya.

Anak yang sholeh dapat mengangkat nama baik orang tuanya, karena anak adalah dekorasi keluarga dan mendoakan orang tuanya kelak. keshalihannya telah cukup merupakan bukti amal baik bagi orang tuanya.

Pada suatu waktu orang tua amat susah karena anaknya nakal. Orang tua yang menduduki posisi terhormat dimasyarakat akan jatuh wibawanya karena anaknya yang nakal. Seorang pemimpin masyarakat bila anaknya terlibat kenakalan khas remaja masa kini, misalnya terlibat masalah jual beli obat-obatan terlarang akan terjatuh martabatnya dimata masyarakat. Bahkan mungkin saja orangtua akan dipecat dari jabatannya hanya karena kenakalan anaknya.

Kapankah sebaiknya kita mulai mendidik anak? Jawabannya tidak lain adalah semenjak masih dalam masa konsepsi. Bahkan dalam Islam dimulai semenjak memilih pasangan
hidup (ketika anak kita belum lahir), kemudian saat hamil, saat lahir, saat anak-anak sampai dewasa. Begitu pula dengan anak-anak disekitar kita, didiklah mereka dengan keislaman yang benar. Mengenalkan mereka dengan asma-asma Alloh, tentang tauhid, tentang akhlaq dan sebagainya.

Lalu bagaimana jika cara tersebut sudah dilaksanakan dan anak-anak tetap saja nakal?

Sabar, tawakkal dalam menghadapinya adalah obat terbaik sambil tetap berdo’a memohon kepada Alloh agar kenakalannya tidak membawa madlorot bagi dirinya sendiri, orang tuanya dan masyarakatnya.


Referensi : Nafisah Amron, Khutbah Jum’at pilihan setahun, pustaka Darul Haq.

-----------------------------

Saudaraku, inilah perbedaan yang jauh sekali, antara pendidikan islam dengan pendidikan barat. di antaranya;

  • dimana di dalam islam, seorang anak tidak boleh di bentak, diomeli/ dimarahi, ketika melakukan kesalahan ketika ia tidak tahu atau tidak mengerti. namun sebagai orang tua hendaklah mengarahi anak tersebut ke arah yang benar, ke jalan yang lurus. agar anak itu berkembang otaknya/ cara berfikirnya. dapat membedakan antara yang boleh dengan yang tidak boleh dikerjakan, antara baik dan buruknya perbuatan. sehingga dapat meninggalkan perbuatan buruk dan melaksanakan perbuatan baik ("baik" di sini yaitu: baik dimata Alloh)
  • tetapi di dalam pendidikan barat, orang-orang barat mengajarkan anak-anaknya dengan kebablasan. adanya kebebasan dalam hidup mereka. yaitu, apapun boleh dikerjakan anak mereka yang penting anak mereka berkembang cara berfikirnya. mereka menamakan hal demikian dengan kasih sayang. karena saking kasih sayangnya mereka terhadap anak-anaknya, sampai-sampai mereka tidak pernah menegur, atau memperbaiki kesalahan anak mereka. bahkan pada diri merekapun menganut prinsip kebebasan manusia tanpa batas. ini adalah metode yang salah, dimana anak diberi kebebasan tanpa adanya aturan-aturan hidup.
saudaraku, di dunia ini kita di atur oleh Alloh, harus berhukum dengan aturan islam, harus hidup dengan tatacara islam. dimana di dalam islam itu ada yang namanya halal dan haram. ada yang namanya perkara-perkara/ perbuatan yang boleh dikerjakan dan ada juga perkara/ amalan yang tidak boleh dikerjakan.

ingat...anak adalah sebagai ni'mat, perhiasan, amanat, dan ujian. ni'mat ini harus kita syukuri, perhiasan ini harus kita jaga, kita rawat.

Ingat... kita akan dimintai pertanggungjawaban kita nanti di akhirat mengenai anak kita ini. amanat ini harus kita jaga. perintahkan mereka agar menutup aurat. do'a-kan mereka, didiklah mereka sehingga menjadi anak yang sholeh, cerdas dan berprestasi.

Wassalamu alaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar