29 September 2012

Keutaman Nabi ibrahim as


Di bulan Dzulhijjah yang berbahagia ini, Allah swt masih mempertemukannya bersama, bulan yang diberkahi, karena banyaknya faidah dan keutamaan yang dapat diambil oleh kaum muslimin yang mu’min yang melaksanakan syi’ar-syi’ar Islam dimana setelah manusia seluruh dunia melaksanakan wukuf di Arafah, kitapun mengabdi kepada-Nya, sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah swt  sekaligus kita menjadi saksi akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah swt.

Nikmat yang paling agung yang yang Allah swt berikan kepada makhluk-Nya adalah di utusnya seorang Rasul dari kalangan manusia diberikannya kitab suci dengannya mengajak kepada manusia dan jin  untuk mengikuti jalan menuju Allah swt , mengajarkan kepada mereka ilmu, membacakan kepada mereka ayat-ayat ilahiyah dan sekaligus sebagai rahmat bagi seluruh alam, dimana kalau para rasul tidak di utus niscaya kebanyakan manusia, menjadi orang-orang yang tersesat dari jalan Allah swt. Allah swt  berfirman:

 Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al- Kitab dan Al-Hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Dengan diutusnya seorang Rasul alhamdulillah, Allah swt mengaruniakan kepada keimanan dan keislaman dimana miliyaran manusia yang lain belum mendapatkan kenikmatan yang paling agung ini. Dengannya pula kita mengetahui mana kebaikan dan mana keburukan, bukan hanya itu saja tetapi Allah swt pun menyempurnakan agama kita ini dengan kesempurnaan risalah, yang kesempurnaannya tidak terbatas oleh waktu dan zaman. Sehingga dengan sempurnanya agama ini tidak adalagi perkara-perkara yang luput, tidak ada perkara yang bermanfaat bagi umat ini melainkan Allah telah menjelaskannya dan tidak ada perkara yang membahayakan umat ini melainkan Allah dan Rasulnya telah menjelaskan pula sejelas-jelasnya.

Allah swt berfirman: 

“pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. 

Rasulullah saw bersabda:

تركت فيكم علي مثل البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هالك


 ‘’aku telah tinggalkan untuk kalian agama ini dalam keadaan terang benderang malamnya seperti siang tidak ada yang menyimpang setelah penjelasan ini melainkan akan binasa’’

berkenaan dengan hari raya idul kurban ini, marilah kita berupaya untuk memahami apa rahasia di balik pensyriatan berkurban ini,sehingga kita bisa menggambil banyak paidah dari apa yang kita lakukan saat ini.

Allah menyebutkan dalam kitabnya akan sebuah sosok idaman yang harus kita ambil pelajaran, pribadi ini adalah pribadi pilihan yang Allah telah abadikan namanya dan menjadi sosok teladan dalm menjalankan agama yang lurus dia adalah ibrahim as khalilullah (kekasih allah),bapak para nabi sekaligus peletak dasar agama yang lurus, bersih dari kesyirikan.

Tentang keutamaan nabi ibrahim as, Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

 ‘’ Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.’’

Allah menjadikan ibrahim as sebagai uswatun hasanah bagi rasulullah saw dan ummatnya, di karenakan memilki keutamaan keutamaan yang Allah telah mengabadikan dalam ayat-ayat-Nya:

 ‘’ Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia;  ‘’


Dan keutaman pertama yang dimilki ibrahim adalah:

1.Istiqamah dalam melaksamakan prinsip tauhid.
Ibrahim adalah nabi Allah yang membawa risalah tauhid dan berada dalam agama islam yang lurus, sekali-kali ibrahim itu bukan pembawa agama yahudi, nasrani tidak pula pembawa ajaran penyembah berhala tetapi ibrahim adalah nabi yang membawa risalah islam sekali-kali dia bukanlah seorang yang musyrik. Dan rasulullah beserta ummatnya adalah orang yang istiqomah dalam islam dan mengikuti apa-apa yang telah diterima nabi ibrahim.

Allah berfirman:

‘’ Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi Ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.’’

Ibrahim adalah seorang da’i yang mengajak umatnya untuk senantiasa menjadikan Allah tujuan dari segala peribadatan dan memerintahkan untuk menjauhi segala bentuk kesyirikan,  beliau tidak segan dan takut untuk mendakwahkannya kepada kaumnya sekalipun kepada penguasa yang dzalim, sekalipun ancaman demi ancaman siap menghadang dakwahnya, tetapi ibrahim adalah sosok pilihan yang menjadi nabi ulul azmi yang di berkahi kehidupan dan keluargannya.


2.Ibrahim adalah sosok penyabar sejati dalam menjalankan risalah Allah.

Allah telah menjelaskan kesabaran beliau dalam ayatnya:

  Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Ayat yang agung ini dalil tentang disyariatkannya seorang muslim untuk berkurban, dalam kisah ayat ini nabi ibrahim bertahun tahun belum di karuniai seorang putra dalam penantian yang panjang itu hampir 80 tahun berdo’a, barulah Allah memberinya seorang putra bernama ismail, sebagai seorang yang sudah tua ketika mendapatkan putra, sungguh amat bahagia, sehingga beliau berkata dalam firmannya:

  Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar doa.

Setelah memperoleh putra beliau menempatkan anak dan istri yang dikasihinya di sebuah  tempat yang tandus tidak ada air maupun penghuninya, yang saat ini menjadi kota makkah, pada masa yang sudah ditentukan Allah menguji ibrahim dengan memerintahkannya untuk menyembelih putranya yang sekian lama di tunggunya, sungguh ibrahim termasuk manusia pilihan dengan kesabaran yang teuji. Allah memuliakan dirinya dan menggantikan untuknya seekor kambing yang bagus sebagai bentuk kesungguhan dan pengorbanannya hingga sampai hari ini dan akhir zaman syariat kurban akan senantiasa dilakukan .

Inilah kisah penomenal pengorbanan seorang manusia yang benar rasa syukurnya dan benar pengabdiannya kepada sang pencipta.




3.ibrahim adalah sosok ayah yang ideal bagi anak-anaknya.

Diantara  kita pasti ingin memilki seorang ayah yang shalih, seorang ayah murabbi, sosok penyantun dan pigur sejati bagi keluargannya. Itulah ibrahim keluarga dan keturunannya adalah para nabi dan rasul, sebaik-baik keluarga adalah keluarga  ibrahim dan keluarga rasulullah saw.

 Berikut ini pengajaran ibrahim kepada anak-anaknya, sehingga keluarganya menjadi keluarga yang di berkahi.

a.menanamkan aqidah yang benar kepada anak-anaknya

Allah berfirman ,tentang do’anya nabi ibrahim:

 dan jauhkanlah Aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Seorang ayah hendaklah banyak berdo’a untuk kebaikan anak-anaknya minimal dia meminta kepada Allah:

   Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

b.Menanamkan kepada anak-anak untuk kokoh memegang syariat khususnya shalat
nabi ibrahim berdo’a kepada Alloh swt

   Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

   Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.

   sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ahlinya ialah umatnya.

c.menanamkan sikapi yang tegas, santun dan berbudi pekerti yang luhur.

"Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia Berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya Telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah aku, niscaya Aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan" Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah Aku buat waktu yang lama". Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, Aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya dia sangat baik kepadaku."


hal ini dapat di ketahui dari prilaku ibrahim itu sendiri dalm mengajak bapaknya yang kafir, kendati demikian ibrahim menunjukan sikap mulia kepada orang yang diajaknya. Dengan upaya yang halus dalam tutur kata dan metode yang bijaksana.namun tetap saja bapaknya menolak untuk masuk kedalam agamanya namun ibrahim menujukan sikap mulia yaitu

  Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, Aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya dia sangat baik kepadaku.

Namun Allah melarang beliau untuk mendo’akan ayahnya dikarenakan ayahnya seorang kafir.

 Inilah bentuk-bentuk pengajaran nabi ibrahim kepada keluarganya dan kepada keturunannya, seyogyanya seorang ayah mendidik putra putrinya dengan pendidikan yang akan menghantarkan anak-anaknya bahagia didunia dan diakhirat.

Di hari kurban ini marilah kita jadikan hidup kita ini menjadi pribadi yang bertakwa dengan menjadikan umur kita, harta kita dan keluarga kita sebagai bekal untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat dengan mengabdikan diri kepada Allah ,mensucikan dan mengagungkan dalam setiap keadaan.

Kepada kaum muslimin yang cinta kepada Allah dan rasulnya, terkhusus kepada kaum muslimah yang dirahmati Allah swt

Jadilah wanita yang shalihah yang taat kepada Allah dan rasulnya, laksanakanlah segala perintah-perintah keduanya baik suka maupun terpaksa, jauhilah segala larangan larangannya, niscaya Allah akan menggantikan untuk anda pahala yang besar dan kehidupan yang baik di dunia dan diakhirat, jagalah shalat kalian dan kenakanlah hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah jangan mengikuti budaya-budaya kuffar karena rasulullah menjelaskan dalam sabdanya:

Wahai para wanita takutlah kepada Allah karena kalian paling banyak penghuninya di neraka.
Berbaktilah pada suami-suami kalian selama tidak bermaksiat kepada Allah.

Ingatlah saudaraku dunia itu hanya tempat singgah kita sementara, tempat untuk bercocok tanam yang keuntungannya akan kita peroleh diakhirat, Tidak ada kebahagiaan hakiki kecuali hari ini kita mau mengabdikan diri kita kepada Allah secara tunduk, dan mudah-mudahan Allah memberi taufiq dan hidayah untuk istiqomah dalam ketaatan.

Kaum muslimin yang berbahagia

Sepulang nanti kerumah masing-masing bertakbirlah dengan mengagungkan namaNya, bagi yang melasanakan ibadah kurban hendaklah memperhatikan sunnah-sunnah rasulullah dalam pelaksanaannya, mudah-mudahan Allah menerima bentuk persembahan anda kepada Allah dan menggantikannya dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, dan mudah mudahan kita lebih dekat lagi kepada Allah.

Akhirnya, marilah dengan penuh keikhlasan kita memohon kepada Allah segala kebaikan dari apa yang kita usahakan, di dunia maupun diakhirat

Al-Hajj (Haji)


A.      Definisi Haji.

Al-Hajj atau al-hijj, secara etimologi adalah al-qashd, yang berarti bermaksud atau menyengaja. Secara umum berarti amal (perbuatan),dan terkadang pula berarti pelaksanaan (amal) secara berulang. 

Sedangkan secara terminology atau syar’i, haji adalah:

“Pergi dengan sengaja ke Baitullah al-Harom (Ka’bah) untuk melaksanakan amalan-amalan tertentu  yang telah digariskan dalam al-Kitab dan dijelaskan secara rinci dalam al-Sunnah”.


B.      Hukum Haji

Haji hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang mampu melakukan perjalanannya. Haji hukumnya wajib berdasarkan al-Kitab, al-Sunnah dan al-Ijma’.

1.       Dari al-Kitab.
Allah swt berfirman:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali ‘Imron {3}: 97)

2.       Dari as-Sunnah
Rasulullah saw bersabda:
“Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu: syahadat Lã Ilãha Illallah dan Muhammad Rosululloh, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan berpuasa di bulan Romadhon” (HR. al-Bukhori dan muslim)

3.       Dari al-Ijma’.
Maka ummat telah sepakat atas wajibnya haji bahkan termasuk salah satu rukun islam yang lima dan orang yang mengingkari kewajibannya dihukumi sebagai orang kafir yang murtad dari Islam. dan telah menjadi ijma ulama bahwa haji yang wajib dikerjakan hanya satu kali seumur hidup, kecuali ada seorang muslim yang bernadzar untuk mengerjakannya, maka dia wajib menunaikan nadzar hajinya tersebut. Haji selanjutnya dihitung sebagai haji sunnah.

Abu Huroyroh ra berkata:

Ketika Rosululloh sedang berkhutbah kepada kami, beliau bersabda:
wahai sekalian manusia,sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji kepada kalian, maka berhajilah!”

Tiba-tiba ada seseorang yang berkata:

Apakah setahun sekali, wahai rosululloh? Rosululloh diam hingga orang tersebut mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali, kemudian beliau bersabda:
“Kalau kujawab ya, tentunya wajib bagi kalian dan akhirnya kalian tidak aka nada yang sanggup mengerjakannya. Janganlah bertanya seperti itu terhadap apa yang kutinggalkan kepada kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya kepada nabi mereka dan banyak menyelisihinya. Apa yang kuperintahkan kerjakanlah sesuai dengan kemampuan kalian dan apa yang kularang maka tinggalkanlah.” (HR Muslim)

Ibnu Abbas ra berkata:

“Ketika rasulullah sedang berkhutbah kepada kami, beliau bersabda:
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah diwajibkan haji kepada kalian!”

Tiba-tiba al-Aqra’ bin Hubais ra berdiri seraya berkata:
“Apakah setahun sekali,wahai Rosululloh? Rasulullah saw bersabda:
“Kalau aku menjawabnya, tentunya wajib bagi kalian dan apabila wajib bagi kalian, tentunya tidak akan ada yang sanggup mengerjakannya. Kewajiban haji hanya satu kali (dalam seumur hidup), siapa yang ingin menambahnya maka itu adalah sunnah” (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dan lainnya dengan sanad shahih.)
  

C.      Keutamaan Haji
Di antara keutamaan haji yang terdapat dalam hadits adalah:

1.       Rosululloh saw bersabda ;
“Barangsiapa berhaji dengan tidak melakukan perbuatan (kata-kata) keji dan tidak berbuat maksiat,maka dia akan kembali suci dari noda dosa seperti ketika dilahirkan ibunya” (HR Bukhori dan Muslim) 

2.       Rosululloh saw bersabda:
“dari ‘umroh ke ‘umroh adalah penghapus dosa di antara keduanya. Dan tidak ada balasan yang layak bagi haji mabrur kecuali surga”  (HR Bukhori dan Muslim) 

3.       Ketika ditanya tentang amalan yang paling utama, Rosulullah saw bersabda:
“Iman kepada Allah dan RosulNya. Ditanyakan kepada beliau: kemudian apa lagi? Beliau menjawab: kemudian jihad di jalan Allah. Kemudian beliau ditanya sekali lagi: Kemudian apalagi? Beliau menjawab: Kemudian haji ma-brur”  (HR Bukhori dan Muslim)

4.       Rosululloh saw bersabda:
“Ikutilah (dengan amal shalih) antara haji dan umroh karena keduanya dapat menghilangkan kemelaratan dan noda dosa sebagaimana pedupaan yang dapat menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada balasan yang layak bagi haji mabrur kecuali surga” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dengan sanad shahih)


D.      Syarat Wajib Haji

Syarat wajib haji adalah:

1.       Islam
2.       Baligh
3.       Berakal
4.       Merdeka
5.       Mampu atau berkesanggupan
Allah swt berfirman:
“…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) oran yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali ‘Imran: 97)


E.       Rukun Haji

Rukun haji ada empat yaitu:
1.       Ihram
2.       Wuquf di ‘Arafah
3.       Thawaf.
4.       Sa’i.
Apabila salah satu rukun tersebut ditinggalkan, maka batal hajinya.

Pada edisi kali ini, Ringkasan Inilah yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat…..

Sumber: Kitab Arkanul islam

Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Kode Etiknya


Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
 
Orang muslim beriman kepada kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar bagi semua orang Muslim yang mukallaf, mampu, mengetahui ma'ruf (kebaikan), melihat ma'ruf tersebut ditinggalkan manusia, atau mengetahui mungkar, melihat mungkar tersebut dikerjakan manusia, mampu memberikan perintah, dan mampu melakukan perubahan dengan tangannya, atau lisannya. 

Amar ma'ruf nahi mungkar adalah kewajiban agama terbesar seteah kewajiban iman kepada Allah Ta'ala. Sebab, Allah Ta'ala menyebutkannya dalam Al-Qur'an bersanding dengan iman kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman, "Kalian umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." (Ali Imran: 110). 

Orang muslim meyakini itu semua karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal. 


Dalil-Dalil Wahyu
  1. Perintah Allah Ta'ala kepada muslimin untuk melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dalam firman-Nya, "Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104).
  2. Penjelasan Allah Ta'ala tentang orang-orang yang berhak mendapatkan pertolongan-Nya dan kepemihakan-Nya, bahwa mereka adalah yang menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar dalam firman-firman-Nya seperti berikut.
    • "(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar." (Al-Hajj: 41).
    • "'Dan laki-laki beriman dan wanita-wanita beriman sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya." (At-Taubah: 71)
    • Firman Allah Ta'ala tentang wali-Nya, Luqman, ketika menasihati anaknya, "Hai anakku, dirikanlah shalat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Luqman: 17).
    • Firman Allah Ta'ala ketika mencela Bani Israel, "Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (Al-Maidah: 78-79)
    • Firman Allah Ta'ala tentang Bani Israel, bahwa Dia menyelamatkan orang-orang yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, dan membinasakan orang-orang yang meninggalkannya. "Dan Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (Al-A'raaf: 165).
  3. Perintah Rasulullah saw. untuk mengerjakan amar ma'ruf nahi mungkar dalam hadits-haditsnya, seperti dalam hadits-hadits berikut.
    • "Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan tangannya, hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan lisannya, hendaklah ia melakukan dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah." (Diriwayatkan Muslim).
    • "Kalian harus menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, atau (kalau tidak) Allah akan mengirim hukuman kepada kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya. Namun Dia tidak mengabulkan doa kalian." (Diriwayatkan At-Tarmidzi dan ia meng-hasan-kannya).
  4. Penjelasan Rasulullah saw. tentang amar ma'ruf nahi mungkar dalam sabda- sabdanya, seperti dalam sabda- sabdanya berikut ini.
    • "Tidaklah satu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di kalangan mereka terdapat orang yang mampu mencegahnya dari mereka namun ia tidak melakukannya, melainkan Allah meratakan siksa dari-Nya kepada mereka." (Diriwayatkan At-Tarmidzi dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).

      Abu Tsa'labah Al-Khusyani r.a. bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah Ta'ala, "Orang sesat tidak akan memberikan madzarat kepada kalian jika kalian telah mendapatkan petunjuk," (Al-Maidah: 105) maka beliau bersabda,

      "Hai Abu Tsa'labah, jika engkau melihat kekikiran ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia diutamakan, dan setiap orang mempunyai pendapat dan bangga dengan pendapatnya, maka jagalah dirimu, dan tidak usah menggubris orang-orang awam. Karena, di belakang kalian, berpegang teguh padanya ketika itu mendapatkan pahala lima puluh orang dari kalian." Ditanyakan, "(Pahala lima puluh) orang dari mereka wahai Rasulullah?" Rasulullah saw. bersabda, "Tidak, namun seperti pahala lima puluh orang dari kalian. Karena kalian mendapatkan penolong dalam kebaikan, sedang mereka tidak mendapatkan penolong dalam kebaikan." (Diriwayatkan Abu Daud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kan nya).
    • "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada salah satu umat sebelumku, melainkan ia mempunyai hawariyyun dari umatnya, orang-orang yang mengambil sunnahnya dan melaksanakan perintahnya. Kemudian sesudah mereka datanglah generasi-generasi yang berkata apa yang tidak mereka katakan, dan mengerjakan apa yang mereka tidak diperintahkan untuk mengerjakannya. Maka, barangsiapa berjihad melawan mereka dengan tangannya, ia orang Mukmin. Dan barang siapa berjihad melawan mereka dengan hatinya, ia orang Mukmin dan di hati orang tersebut tidak ada iman seberat biji pun." (Diriwayatkan Muslim).
    • Ketika Rasulullah saw. ditanya tentang jihad yang paling utama, beliau bersabda, "(yaitu) mengatakan kebenaran di depan penguasa yang zhalim." (Diriwayatkan Ibnu Majah, Ahmad, dan An-Nasai. Hadits ni shahih).
Dalil-Dalil Akal
  1. Pengalaman empiris membuktikan, bahwa jika penyakit dibiarkan begitu saja dan tidak diobati, maka ia akan merayap ke dalam tubuh. Dan akan menjadi sulit diobati jika telah melekat di badan dan merayap di dalamnya. Kemungkaran juga begitu. Jika dibiarkan begitu saja dan tidak diubah, maka tidak lama kemudian kemungkaran tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar, dan dikerjakan semua orang, dewasa dan anak kecil. Jika itu telah terjadi, maka kemungkaran tersebut sulit diubah atau dihilangkan. Ketika itulah, para pelakunya berhak mendapatkan hukuman dari Allah Ta'ala. Hukuman tidak mungkin bisa dipungkiri apa pun alasannya, sebab, ia berjalan di atas ketetapan-ketetapan Allah Ta'ala yang tidak berganti dan tidak berubah. Allah Ta'ala berfirman, "Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu." (Fathir: 43).
  2. Pengalaman empiris juga membuktikan, bahwa jika sebuah rumah tidak diurus, tidak dibersihkan, dan kotoran-kotorannya tidak dibuang hingga waktu tertentu, maka akhirnya akhirnya rumah tersebut tidak layak dihuni, baunya tidak sedap, hawanya beracun, dan kuman-kuman penyakit tersebar di dalamnya. Karena kotoran-kotoran menumpuk dan terkumpul di dalamnya dalam waktu yang lama. Begitu juga, jika kemungkaran di sebagian kaum Mukminin dibiarkan begitu saja, tidak diubah, dan kebaikan tidak diperintahkan kepada mereka, maka tidak lama berselang, mereka menjadi orang-orang yang beruhani buruk, orang-orang jahat, tidak menyuruh kepada kebaikan, dan tidak melarang dari kemungkaran. Jika itu telah terjadi, maka tidak layak hidup, kemudian Allah membinasakan mereka dengan sebab-sebab dan perantaraan-perantaraan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya kekuatan Tuhanmu itu dahsyat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Perkasa, dan Maha Pemberi Hukuman.
  3. Dari hasil pengamatan sehari-hari dapat diketahui, bahwa jika jiwa manusia terbiasa dengan keburukan, maka keburukan akan menjadi wataknya. Itulah kerja amar ma'ruf nahi mungkar. Jika kebaikan ditinggalkan dan tidak diperintahkan pada saat ditinggalkan, maka tidak lama kemudian, manusia terbiasa meninggalkannya, dan akhirnya mengerjakan kebaikan tersebut menjadi kemungkaran menurut mereka. Begitu juga kemungkaran jika tidak segera diubah, dan tidak cepat dihilangkan, maka beberapa saat kemudian, kemungkaran tersebut merebak, beredar luas, terbiasa dikerjakan, dianggap sebagai kewajaran, kemudian dianggap bukan kemungkaran oleh pelakunya, atau bahkan mereka menganggapnya sebagai kebaikan. Ini hati nurani yang rusak, penyimpangan pola pikir, - semoga Allah melindungi kita daripadanya - . Oleh karena itu, Allah Ta'ala, dan Rasul-Nya memerintahkan amar ma'ruf nahi mungkar, dan mewajibkannya kepada kaum Muslimin untuk menjaga kesucian mereka, kebaikan mereka, dan kedudukan tinggi mereka di antara bangsa-bangsa. 

Kode Etik Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
  1. Orang yang melakukan amar ma'ruf nahi mugnkar harus mengetahui hakikat sesuatu yang ia perintahkan, bahwa sesuatu tersebut adalah kebaikan dalam Syariat, dan bahwa kebaikan tersebut terbukti ditinggalkan dan tidak diamalkan. Ia juga harus mengetahui hakikat kemungkaran yang ia larang, dan ingin ia ubah, bahwa kemungkaran tersebut betul-betul telah dikerjakan, dan bahwa kemungkaran tersebut termasuk kemaksiatan, hal-hal yang diharamkan Syariat.
  2. Ia harus wara' (menjauhkan diri dari maksiat, dan syubhat), tidak mengerjakan kemungkaran yang ia larang, dan tidak meninggalkan kebaikan yang ia perintahkan, karena Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat ? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan." (Ash-Shaff: 2-3).

    Dan karena Allah Ta'ala berfirman, "Kenapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kalian berpikir ?" (Al-Baqarah: 44).
  3. Ia harus berakhlak mulia, penyabar, menyuruh dengan lemah-lembut, melarang dengan ramah, tidak marah jika mendapatkan gangguan dari orang yang ia larang, tidak naik darah jika mendapatkan gangguan dari orang yang ia perintahkan kepada kebaikan, bersabar, dan memaafkan, karena firman Allah Ta'ala, "Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Luqman: 17).
  4. Ia tidak boleh mengetahui kemungkaran dengan memata-matai. Sebab, untuk mengetahui kemungkaran, ia tidak boleh memata-matai manusia di rumah-rumah mereka, atau membuka pakaian salah seorang dari mereka untuk melihat apa yang ada di balik pakaiannya, atau membuka tutup salah satu tempat untuk mengetahui apa yang ada di dalam tempat tersebut. Sebab lain, karena Allah Ta'ala memerintahkan kaum Muslimin menutup aurat manusia, dan melarang mengadakan spionase terhadap mereka. Allah Ta'ala berfirman, "Dan janganlah kalian memata-matai orang lain." (Al-Hujurat: 12).

    Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian memata-matai orang lain." (Diriwatkan Al-Bukhari).

    Rasullullah saw. bersabda, "Barang siapa menutup (aurat) seorang Muslim, maka Allah menutup (aurat)nya di dunia dan di akhirat." (Diriwatkan Muslim).
  5. Sebelum ia memerintahkan kebaikan kepada seseorang, ia harus mengenalkan kebaikan tersebut kepadanya. Sebab, bisa jadi, ia meninggalkan kebaikan tersebut karena ia tidak tahu bahwa kebaikan tersebut adalah kebaikan. Ia harus menjelaskan kemungkaran kepada orang yang hendak ia larang, bahwa perbuatannya adalah kemungakaran. Sebab, bisa jadi, ia mengerjakan kemungkaran tersebut karena tidak tahu bahwa kemungkaran tersebut adalah kemungkaran yang harus ditinggalkan.
  6. Ia harus menyuruh dan melarang dengan cara yang baik. Jika seseorang tidak mengerjakan kebaikan yang ia perintahkan, atau tidak berhenti dari kemungkaran yang ia larang, ia harus menasihatinya dengan sesuatu yang bisa menggugah hatinya. Misalnya, dengan menyebutkan dalil-dalil tentang ajakan dan ancaman yang ada di dalam Syari'at. Jika ini tidak membuahkan hasil, ia pergunakan bahasa-bahasa yang tegas dan keras. Jika cara ini juga tidak ampuh, ia mengubah kemungkaran tersebut dengan tangannya. Jika ia tidak mampu melakukannya, ia meminta bantuan kepada pemerintah, atau teman-temannya.
  7. Jika ia tidak sanggup mengubah kemungkaran dengan tangannya dan lisannya, karena mengkhawatirkan terjadinya sesuatu pada dirinya, atau hartanya, atau kehormatannya, dan tidak sanggup bersabar terhadap apa yang diterimanya, maka ia cukup mengubah kemungkaran tersebut dengan hatinya, karena sabda Rasulullah saw., "Barangsiapa salah seorang dari kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak sanggup mengubahnya dengan tangannnya, hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya. Jika ia tidak sanggup mengubahnya dengan lisannya, hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman."
Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 85-91.
Kamis, 14 Desember 2006 22:31 Abu Bakr Jabir al-Jazairi http: alislamu.com