22 September 2011

Pendidikan Seks untuk Anak

Perdebatan tentang perlu tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak bermula dari keprihatinan terhadap pergaulan remaja saat ini. Para pemerhati masalah remaja berpendapat, seks bebas yang sekarang ini menggejala salah satunya disebabkan karena pengetahuan remaja tentang seksualitas masih sangat rendah. Karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk memasyarakatkan pendidikan seks kepada remaja. Program-program pendidikan seks pun mulai digulirkan, bahkan ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sedini mungkin. Jika perlu, dibangku pra sekolah pun ada kurikulum yang membahas khusus tentang pendidikan seks. Benarkah sepenting itu pendidikan seks bagi anak? Bagaimana Islam memandang persoalan ini?


Apa itu pendidikan seks?

Ada banyak pengertian tentang apa itu pendidikan seks, bergantung pada sudut pandang yang dipakai. Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan mampu menerapkan perilaku Islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang tidak islami. Dan dengan begitu iapun akan menjaga kehormatannya dan kesuciannya.

Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan aqidah, akhlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan ketiga unsur tersebut itu akan menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian kepada Alloh . Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntutan syari’at Islam. Kini program-program pendidikan seks pun mulai banyak digulirkan, terutama di bangku sekolah.

Tetapi nyatanya kasus-kasus pelecehan terhadap wanita tidaklah berkurang, bahkan kasus-kasus perzinahan semakin bertambah. Sebab, hal ini tidak didasari oleh tuntunan syari’at Islam. Justru yang mereka ajarkan adalah hal-hal yang dapat menyebabkan/ membawa anak-didik mereka dekat terhadap perzinahan (contohnya: pacaran, campur baur antara laki-laki dan perempuan dsb, dengan dalih hal tersebut tidak dapat menyebabkan kehamilan).


Siapa yang bertanggung jawab?

Orang tua manapun tentu selalu menginginkan anaknya menjadi anak yang baik. Anak adalah generasi yang Alloh ciptakan untuk kehidupan masa depan. Sepantasnyalah orangtua memberikan bekal berupa pendidikan yang menyeluruh, termasuk pendidikan seks. Orangtua dituntut memiliki kepekaan, keterampilan, dan pemahaman agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, yang justru tidak membuat anak semakin bingung atau penasaran. Orangtua adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap anak dalam masalah pendidikan, termasuk pendidikan seks. Jadi, dalam hal ini, sesungguhnya tidak mutlak diperlukan adanya kurikulum khusus tentang pendidikan seks di sekolah-sekolah.


Pokok-pokok Pendidikan Seks Perspektif Islam

Di antara pokok-pokok pendidikan seks yang bersifat praktis, yang perlu diterapkan dan diajarkan kepada anak adalah:

1. Menanamkan rasa malu pada anak.

Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang didepan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil berbusana muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligus mengajari anak tentang auratnya.

2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.

Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan mendasar. Perbedaan tersebut telah diciptakan sedemikian rupa oleh Alloh . Adanya perbedaan ini bukan untuk saling merendahkan, namun semata-mata karena fungsi yang berbeda yang kelak akan diperankannya. Mengingat perbedaan tersebut, Islam telah memberikan tuntunan agar masing-masing fitrah yang telah ada tetap terjaga. Islam menghendaki agar laki-laki memiliki kepribadian maskulin, dan perempuan memiliki kepribadian feminine. Islam tidak menghendaki wanita menyerupai laki-laki, begitu juga sebaliknya. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya, untuk anak perempuan, pakaikanlah busana muslimah dan jangan diajarkan berpakaian seperti laki-laki, misalnya seperti: celana panjang, tidak berjilbab, dsb. Begitu pula dengan mainan mereka. Untuk anak wanita jangan diberi mainan bola, pedang, panah-panahan, kuda-kudaan. Sebab permainan tersebut untuk dimainkan oleh anak laki-laki.

Mereka juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya.

dari Ibnu Abbas mengatakan, Nabi melaknat laki-laki yang menyerupai wanita (waria) dan perempuan yang menyerupai laki-laki (HR. Muslim).

3. Memisahkan tempat tidur mereka.

Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berfikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Jika pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orangtuanya, setidaknya anak telah dilatih untuk berani mandiri. Anak juga dicoba untuk belajar melepaskan perilaku lekatnya (attachment behavior) dengan orangtuanya. Jika pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.

4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu).

Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum sholat Shubuh, tengah hari, dan setelah sholat Isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (lihat QS. Al-Ahzab [33]: 13). Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan santun dan etika yang luhur.

5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.

Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat (terhindar dari penyakit kelamin) sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.

6. Mengenalkan mahrom-nya.

Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan dihalalkan telah ditentukan oleh syari’at islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahrom, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahramnya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan incest, yaitu pernikahan yang dilakukan antara saudara kandung atau mahromnya. Siapa saja mahrom tersebut, Alloh telah menjelaskannya dalam surat an-Nisa’ [4] ayat 22-23.

7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.

Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.

8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilat.

Ikhtilat adalah bercampur baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan oleh syari’at Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas mengumbar pandangan, saling berdekatan dan bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah guna mengatur interaksi di antara mereka. Ikhtilat dilarang karena interaksi semacam ini bisa menjadi mengantarkan pada perbuatan zina yang diharamkan Islam. Karena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-tempat yang didalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.

9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.

Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahramnya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilat, kholwat pun merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. Jika bermain, bermainlah dengan sesama jenis. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak berkholwat.

10. Mendidik etika berhias.

Berhias, jika tidak diatur secara Islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan dosa. Berhias berarti usaha untuk memperindah atau mempercantik diri agar bisa berpenampilan menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat. (adapun wanita bersuami, hanya boleh berhias untuk suaminya saja, bukan untuk orang lain).

11. Ihtilam dan haid

Ikhtilam adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig (dewasa). Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilam dan haid tidak hanya sekadar untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika terjadi ihtilam dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggungjawab
atas hidupnya sebagai hamba Alloh yang taat.____

Wallohu a’lam bi ash-showab.


Oleh:

Zulia Jimawati (Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Remaja), dengan beberapa tambahan.


18 September 2011

Menghadapi Kenakalan Anak dalam Rumah Tangga

Saudaraku,… Sesungguhnya Alloh swt mengutus Nabi Muhammad guna menyempurnakan keutamaan akhlak. Termasuk dalam urusan penyempurnaan akhlak adalah memberi perlakuan yang baik kepada anak, seperti mendidik, berlaku sabar dalam menghadapi kenakalannya maupun sabar dalam memberi bimbingan sejak masih dalam kandungan sampai mereka dewasa. Selama ini sebagian orang tua bersikap reaksioner atas semua tindakan anak, mereka memandang anak sebagai orang dewasa dalam bentuk mini dan semua yang dilakukan harus sesuai dengan kelakuan orang tua.

Maka jika anak nakal, yang dilakukan oleh orang tua biasanya adalah mengurung, menghajar, mengisolasi dari pergaulan, mengurangi uang saku dan sebagainya. Mengapa orang tua tidak bertanya kepada diri sendiri ada apa dengan anak saya, apa yang kurang dari diri saya? Tidak mengherankan jika sekarang orang tua banyak mengeluh karena anaknya terlibat dan akrab dengan narkoba, diskotik, minuman-minuman keras serta pergaulan bebas. Orang tua selama ini hanya mampu memberikan ruang dan memenuhi kebutuhan fisiknya sedangkan kebutuhan psikisnya terabaikan.

Bagaimana tidak terabaikan jika mereka hanya dirawat dan dididik oleh pembantu yang kurang pendidikannya terutama pendidikan keislamannya, sekalipun ayah ibunya seorang doktor. Bukankah sayang jika permata hati kita nantinya hanya generasi yang penuh dengan daging tambun sedangkan hatinya keropos dari nilai-nilai dan ruh agama Islam maupun ilahiyah. Padahal anak sesuai dengan fitrahnya merupakan amanat Alloh yang harus dijaga, dipelihara, dan dirawat dengan kesabaran disertai dengan tawakkal untuk tetap berdoa semoga diberi anak-anak yang sholih, bukan cuma cerdas dan berprestasi di sekolah semata akan tetapi mampu menjadi qurrotu a’yun di masa depan.

Sesuai dengan firman Alloh dalam surat al-Furqon (25) ayat 74:

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Tidak mengherankan jika Alloh selalu berpesan bahwa anak-anak adalah perhiasan. Rosululloh adalah sebaik-baik contoh dalam memperlakukan anak. Bagaimana Rosululloh mengajak cucu-cucunya bermain, mengajarkan cinta kepada anak-anak, kepada para shahabatnya.

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri telah menceritakan kepada kami Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah berkata; “Rosululloh pernah mencium Al Hasan bin Ali sedangkan disamping beliau ada Al Aqra’ bin Habis At Tamimi sedang duduk, lalu Aqra’ berkata; “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun, maka Rosululloh memandangnya dan bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Al-Bukhari)

Mencium anak-anak merupakan salah satu wujud kasih sayang orang tua kepada anak sekaligus merupakan contoh riil agar anak tidak mencium kepada orang lain yang bukan mahramnya. Pengalaman orang tua sering mencium anaknya sampai mereka dewasa tidak akan menjadikan anak-anak mencium orang lain apalagi sampai berbuat zina, karena mereka sendiri telah merasa kecukupan dengan kasih sayang dari orang tua, insya Alloh mereka akan menjadikan anak-anak yang diharapkan.

Apa yang sudah dicontohkan Rosululloh menegaskan bahwa:

  1. Wajib bagi orang tua menyelenggarakan pendidikan dalam rumah tangganya.
  2. Kewajiban tersebut wajar karena Alloh menciptakan orang tua yang bersifat mencintai anak-anaknya. Jadi yang pertama hukumnya wajib, kedua karena orang tua senang mendidik anak-anaknya. Inilah modal utama bagi pendidikan dalam keluarga itu dilaksanakan dan apa tujuannya, serta kapan mulainya.
Cinta kepada anak seringkali menyebabkan orang tua membanggakan anaknya. Mereka sering dengan semangat meluap-luap menceritakan anaknya kepada tamunya atau kawan-kawannya. Terutama mengenai kecerdasannya, kelucuannya, kepintarannya, keberaniannya dan kegemasannya. Kadang-kadang cerita ini menjemukan orang yang mendengarkannya. Sebaliknya tak ada orang yang ingin menceritakan kepada tamunya bahwa anaknya bodoh, nakal, penakut, dan sebagainya.

Anak sering pula menyebabkan orang tua lupa kepada Alloh dan RosulNya. Saking sibuknya mengurus anak-anaknya, mereka bekerja mati-matian mencari uang agar semua permintaan anaknya dapat terpenuhi. Kadang-kadang permintaan yang tidak masuk akalpun dipenuhi, demi cintanya kepada anak. Sayang anak tidak jarang menyebabkan orang tua korupsi dan mencuri.

Kadang-kadang karena merasa anak-anaknya kuat, cerdas, juara kelas, pemberani, maka orang tua merasa hidupnya akan aman. Oleh karena itu mereka mulai meninggalkan Robb-Nya (Tuhan). Seringkali orang tua membela anaknya yang berbuat salah sampai orang tua lupa bahwa membela yang salah adalah pelanggaran aturan Alloh .

Orang tua dapat juga menjadi budak anaknya, dikala ia merasa wajib memenuhi segala keinginan anaknya. Kewibawaan orang tua telah hilang, karena ia kalah dan dibentuk oleh anaknya karena terlambat atau tidak mampu memenuhi permintaan anaknya. Seperti tidak berani membangunkan anaknya untuk sholat shubuh karena takut anaknya kaget atau marah.

Ayat al-Qur’an berikut dapat menjadi renungan untuk kita seperti yang tertera dalam surat saba’ (34) ayat 37:

"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)."

Berdasarkan ayat diatas, bagi orang tua, mendidik anak adalah kewajaran, karena kodratnya; selain itu karena cinta. Mengingat uraian di atas, maka secara sederhana tujuan pendidikan anak di dalam keluarga ialah agar anak itu menjadi anak yang shalih.

anak seperti itulah yang patut dibanggakan (kita mencintai mereka karena mereka mencintai Alloh swt). Tujuan lain adalah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak menjadi musuh bagi orang tuanya.

Anak yang sholeh dapat mengangkat nama baik orang tuanya, karena anak adalah dekorasi keluarga dan mendoakan orang tuanya kelak. keshalihannya telah cukup merupakan bukti amal baik bagi orang tuanya.

Pada suatu waktu orang tua amat susah karena anaknya nakal. Orang tua yang menduduki posisi terhormat dimasyarakat akan jatuh wibawanya karena anaknya yang nakal. Seorang pemimpin masyarakat bila anaknya terlibat kenakalan khas remaja masa kini, misalnya terlibat masalah jual beli obat-obatan terlarang akan terjatuh martabatnya dimata masyarakat. Bahkan mungkin saja orangtua akan dipecat dari jabatannya hanya karena kenakalan anaknya.

Kapankah sebaiknya kita mulai mendidik anak? Jawabannya tidak lain adalah semenjak masih dalam masa konsepsi. Bahkan dalam Islam dimulai semenjak memilih pasangan
hidup (ketika anak kita belum lahir), kemudian saat hamil, saat lahir, saat anak-anak sampai dewasa. Begitu pula dengan anak-anak disekitar kita, didiklah mereka dengan keislaman yang benar. Mengenalkan mereka dengan asma-asma Alloh, tentang tauhid, tentang akhlaq dan sebagainya.

Lalu bagaimana jika cara tersebut sudah dilaksanakan dan anak-anak tetap saja nakal?

Sabar, tawakkal dalam menghadapinya adalah obat terbaik sambil tetap berdo’a memohon kepada Alloh agar kenakalannya tidak membawa madlorot bagi dirinya sendiri, orang tuanya dan masyarakatnya.


Referensi : Nafisah Amron, Khutbah Jum’at pilihan setahun, pustaka Darul Haq.

-----------------------------

Saudaraku, inilah perbedaan yang jauh sekali, antara pendidikan islam dengan pendidikan barat. di antaranya;

  • dimana di dalam islam, seorang anak tidak boleh di bentak, diomeli/ dimarahi, ketika melakukan kesalahan ketika ia tidak tahu atau tidak mengerti. namun sebagai orang tua hendaklah mengarahi anak tersebut ke arah yang benar, ke jalan yang lurus. agar anak itu berkembang otaknya/ cara berfikirnya. dapat membedakan antara yang boleh dengan yang tidak boleh dikerjakan, antara baik dan buruknya perbuatan. sehingga dapat meninggalkan perbuatan buruk dan melaksanakan perbuatan baik ("baik" di sini yaitu: baik dimata Alloh)
  • tetapi di dalam pendidikan barat, orang-orang barat mengajarkan anak-anaknya dengan kebablasan. adanya kebebasan dalam hidup mereka. yaitu, apapun boleh dikerjakan anak mereka yang penting anak mereka berkembang cara berfikirnya. mereka menamakan hal demikian dengan kasih sayang. karena saking kasih sayangnya mereka terhadap anak-anaknya, sampai-sampai mereka tidak pernah menegur, atau memperbaiki kesalahan anak mereka. bahkan pada diri merekapun menganut prinsip kebebasan manusia tanpa batas. ini adalah metode yang salah, dimana anak diberi kebebasan tanpa adanya aturan-aturan hidup.
saudaraku, di dunia ini kita di atur oleh Alloh, harus berhukum dengan aturan islam, harus hidup dengan tatacara islam. dimana di dalam islam itu ada yang namanya halal dan haram. ada yang namanya perkara-perkara/ perbuatan yang boleh dikerjakan dan ada juga perkara/ amalan yang tidak boleh dikerjakan.

ingat...anak adalah sebagai ni'mat, perhiasan, amanat, dan ujian. ni'mat ini harus kita syukuri, perhiasan ini harus kita jaga, kita rawat.

Ingat... kita akan dimintai pertanggungjawaban kita nanti di akhirat mengenai anak kita ini. amanat ini harus kita jaga. perintahkan mereka agar menutup aurat. do'a-kan mereka, didiklah mereka sehingga menjadi anak yang sholeh, cerdas dan berprestasi.

Wassalamu alaikum...

07 September 2011

Menggapai Janji-Janji Alloh

Bagi setiap muslim yang setia di jalan Alloh swt, telah dijanjikan dengan berbagai kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, kapankah janji tersebut akan didapatkan kaum muslimin? Tentu saja ketika keimanan mereka telah sesuai dengan standard yang diajarkan Islam.

Untuk mencapai janji-janji tersebut, tiada lain kecuali menepati segala sifat keimanan. Kemudian menjaganya setiap saat dalam segala keadaan. Insya Alloh kebenaran janji-janji Alloh akan mereka dapatkan dalam kehidupan, sebab sungguh Alloh tak pernah mengingkari janji.

Adapun janji-janji Alloh untuk orang-orang yang beriman, yang akan diberikan di dunia antara lain:

1. Kemenangan atas musuh-musuh mereka.

Sebabnya kaum mu’minin tak perlu cemas menghadapi kekuatan musuh, seberapapun besarnya, sebab telah dijanjikan kemenangan atas musuh-musuh mereka. Kekuatan apakah yang bisa mengalahkan Alloh swt? Tak ada satu kekuatanpun yang bisa melumpuhkan orang-orang yang beriman, jika mereka benar-benar keimanannya.

Kisah pertolongan Alloh diberbagai kancah peperangan –Badar, Khandaq dll- merupakan bukti benarnya janji tersebut.


2. Jaminan bahwa orang-orang kafir tak akan menguasai mereka.

Satu misi telah dijanjikan pertolongan dan pembelaan Alloh swt, lebih diperkuat lagi janji itu dengan jaminan atas kebebasan mereka dari penguasaan orang-orang kafir.

Sejarah telah membuktikan, betapapun kuatnya makar yang dilakukan kafir Qurays, sejak dari ejekan sampai penganiayaan dan pembunuhan, namun yang terjadi justru semakin menambah subur gerak da’wah Islam. Benarlah janji Alloh :

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Alloh mereka berkata: “Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu?” dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah Kami turut memenangkanmu*), dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Alloh akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Alloh sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. {QS. an-Nisa’ (4) : 141}

Dengan demikian, segala makar mereka itu hanya sia-sia saja. Mereka tak mungkin mengalahkan apa yang telah Alloh tetapkan.

*) Yaitu dengan jalan membukakan rahasia-rahasia orang mukmin dan menyampaikan hal ihwal mereka kepada orang-orang kafir atau kalau mereka berperang di pihak orang mukmin mereka berperang dengan tidak sepenuh hati.


3. Mendapatkan ‘izzah

Alloh akan memberikan izzah (kekuatan, kemuliaan) kepada mu’minin manakala mereka sadar dan paham akan kehidupannya, sejak dari memberikan wala’ (loyalitas) secara benar, mahabbah-nya benar, jalan hidupnya lurus dan pengorbanannya tulus. Apa yang dimakan baik, yang dikerjakan baik, bermanfaat untuk ummat dan tidak berbuat kerusakan (syirik) di muka bumi. Di jalan Alloh mereka hidup, dijalan Alloh mereka mati, dan dari Alloh mereka mendapat kemuliaan:

.
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Alloh-lah kemuliaan itu semuanya…”.
{QS al-Fathir (35) : 10}


4. Menjadikan mereka khalifah fil ardl

Janji Alloh untuk kaum mu’minin yang teguh dalam keimanan, adalah dipercayakan bumi dan isinya ini untuk dikelola. Hanya orang yang beriman sajalah yang bisa memegang amanah pemakmuran dan pengelolaan bumi.

“dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa sesungguhnya Dia akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” {QS. an-Nur (24) : 55}

Sesungguhnya dunia ini sangat membutuhkan kepemimpinan Islam, yang akan membawa ummat manusia seluruhnya kepada martabat yang terpuji dan jauh dari kebobrokan di segala bidang. Dunia baru akan aman dan makmur jika kepemimpinannya dipegang oleh kaum mu’minin, sebab dasar-dasar pengelolaan bumi telah diatur dalam ajaran Islam. Dengan kata lain Islam-lah dien yang mampu menyelamatkan dunia dari kehancuran.

George Bernhad Shaw menyatakan: “jika ada satu agama yang akan mampu menguasai Inggris, bahkan seluruh Eropa, dalam waktu seratus tahun mendatang, maka agama itu tak lain Islam.

Arnold Tounbee, dalam bukunya Civilization on Trial melontarkan keyakinannya bahwa Islamlah satu-satunya yang dapat memberikan jalan keluar bagi generasi manusia dan peradaban modern kini yang terjebak dalam berbagai macam ancaman.


5. Kehidupan dan Rizki yang baik

Sisi lain yang juga merupakan jaminan Alloh adalah akan diberikannya kehidupan yang baik, serta rizki yang melimpah dari langit dan bumi. Tidak ada kekhawatiran sedikitpun bagi seorang mu’min dalam masalah kehidupannya, sebab kemudahan telah dijanjikan Alloh swt. Limpahan barokah hanya akan diberikan kepada orang mu’minin saja, sekalipun secara umum hanya manusia diberi rizki oleh Alloh, karena sifat kemurahan-Nya. Firman Alloh ;

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik *) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." {QS an-Nahl (16) : 97}

*) Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

Dalam ayat yang lain Alloh berfirman:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. {QS. al-A’raf (7) : 96}

Sebaliknya bagi orang yang menentang aturan Alloh swt, mereka akan mendapatkan kehidupan yang susah di dunia maupun di akhirat. Kesempitan hidup di dunia ini bisa jadi dalam bentuk sempitnya hati mereka terhadap berbagai macam ni’mat yang Alloh telah berikan, bisa jadi mereka kaya secara material, akan tetapi hati dan pikirannya sempit, justru karena memikirkan
hartanya yang melimpah itu. Alloh berfirman:

“dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.{QS. Thoha (20) : 124}

Demikianlah diantara janji-janji yang Alloh berikan kepada kaum mu’minin di dunia. Adapun janji Alloh di akhirat, cukuplah disebutkan sebuah firman Alloh :

.
"(ayat 8.) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan, (ayat 9.) kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Alloh yang benar. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
{QS. Luqman (31) : 8-9}


Kemenangan itu pasti!


Marilah kita hadapkan kembali wajah kita selurus-lurusnya kepada Alloh swt. Sambil bekerja keras, berjihad dan berkorban untuk meraih kembali kejayaan Islam dengan penuh optimis.

Oleh karena itu, persiapkanlah diri kalian.