29 April 2011

Sebab-Sebab Datangnya Adzab

Saudaraku… sesungguhnya Alloh adalah Dzat yang Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya lagi Maha Bijaksana. Dia tidak akan menurunkan adzab-Nya kecuali kepada mereka yang berhak. Bagi orang-orang kafir atau fasik, adzab tersebut adalah suatu hukuman yang disegerakan di dunia sebelum siksaan yang lebih dahsyat lagi di akhirat. Akan tetapi jika ia menimpa orang-orang mukmin yang sholeh, maka itu adalah suatu musibah yang akan menggugurkan dosa-dosa mereka.

Apakah sebab-sebab yang mengundang turunnya adzab Alloh itu?

Pertama: Kekafiran dan perbuatan syirik (menyekutukan Alloh ).

Ini adalah sebab utama yang mengundang datangnya adzab dari Alloh . Perbuatan syirik dengan segala macam bentuknya, seperti: Perdukunan, memohon kepada kuburan, percaya kepada jimat-jimat, dan sebagainya, adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni oleh Alloh jika pelakunya tidak bertaubat. Betapa banyak umat-umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Alloh karena kekafiran mereka.

Kedua: mendustakan ayat-ayat Alloh atau Sabda Rosululloh , ini termasuk perbuatan kafir. Alloh berfirman (artinya),

“ …karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” {Qs. Ali Imron (3) : 137}.

Ketiga: Dosa-dosa dan kemaksiatan yang diperbuat oleh manusia.

Alloh berfirman:
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai me-ngalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” {Qs. Al-An’aam (6) : 6}.

Dan juga firmanNya (artinya);

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” {Qs. Ar-Ruum (30) : 41}.

Keempat: Tidak mensyukuri nikmat-nikmat Alloh. Sudah menjadi ketetapan Alloh bahwa segala macam ni’mat yang Dia limpahkan kepada para hambaNya, tidak akan Dia cabut kembali kecuali jika mereka merubah ketaatan menjadi kemaksiatan (tidak bersyukur). Sebagaimana firmanNya (artinya),

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Alloh sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” {Qs. Al-Anfal (8) : 53}.

Jadi, Alloh tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Alloh .

Dan juga firmanNya:

“Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” {Qs. Sabaa (34) : 16-17}.

Kelima: Meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Jika kemunkaran telah menyebar luas dan dilakukan secara terang-terangan serta tidak dicegah maka akan datang adzab Alloh yang tidak hanya menimpa para pelaku kemunkaran, sebagaimana firman-Nya (artinya),

“dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Alloh Amat keras siksaan-Nya. {Qs. Al-Anfal (8) : 25}.

Nabi bersabda: “Demi Alloh yang nya-waku di tanganNya, kalian harus menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, jika tidak maka sungguh dekat saatnya Alloh akan mengirim kepada kalian adzab dari sisiNya kemudian kalian memohon kepadaNya tetapi tidak diperkenankan.” (HR. Tirmidzi, hasan).

Berpegang teguhlah pada syari’at Alloh Saudaraku… setiap manusia pasti mendambakan keselamatan, ketenangan dan keberkahan. Tidak hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat. Akan tetapi banyak diantara manusia yang salah jalan dalam menempuh tujuan tersebut. Al-Qur’an sebagai kitab yang berisi kebenaran telah mejelaskan kepada kita dengan sangat jelas dan gamblang jalan menuju tujuan tersebut, yaitu dengan berpegang teguh pada syari’at Alloh secara kaaffah (ke-seluruhan/ sempurna).

1. Menerapkan syari’at Alloh akan mengundang keberkahan.

Alloh berfirman (artinya):

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah akan Kami limpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” {Qs. al-A’roof (7) : 96}.

2. Menerapkan syariat Alloh termasuk ketakwaan. Dan buah dari ketakwaan adalah rizki yang tak terduga dan jalan keluar dari semua kesulitan, sebagaimana firman Alloh (artinya):

“… Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…” {Qs. At-Tholaq (65) : 2-3}.

3. Diantara buah ketaqwaan adalah dimudahkannya semua urusan kita oleh Alloh.

Alloh berfirman (artinya);
“…Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Alloh, niscaya Alloh menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” {Qs. At-Tholaq (65) : 4}.

4. Dan Alloh berjanji bagi siapa yang beriman dan beramal sholeh bahwa Alloh akan menganugerahkan kepada mereka kekhalifahan di muka bumi, keamanan dari rasa takut dan dikokohkannya agama Alloh . Sebagaimana firmanNya (arinya):

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” {Qs. An-Nur (24) : 55}.

Wahai saudaraku yang tertimpa musibah… Alloh menginginkan agar kita lebih bersungguh-sungguh dalam menerapkan syari’at-Nya dan melaksanakan syari’at tersebut secara kaaffah (sempurna). Termasuk dalam melaksanakan syari’at Alloh adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran). Alloh berjanji bahwa sebuah masyarakat yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar akan dirahmati oleh Alloh , sebagaimana janjiNya (artinya):

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menu-naikan zakat, dan mereka taat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Alloh; sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” {Qs. At-Taubah (9) : 71}.

Saudaraku yang dirahmati Alloh … jika kita telah tahu bahwa penyebab datangnya adzab itu adalah kekafiran dan dosa-dosa serta kemaksiatan, maka wajiblah bagi kita semua untuk bertaubat kepadaNya dari semua itu, menaatiNya dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Sesungguhnya aku telah mendengar Rosululloh bersabda, ‘Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemunkaran lalu mereka tidak mencegahnya maka dekatlah saatnya Alloh menurunkan adzab dari sisiNya yang akan menimpa mereka semua’.” (HR. Ahmad, Shohih).

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama dengan bergandeng tangan dan bahu-membahu untuk menjalankan seluruh syari’at Alloh dalam ajaran Islam, terutama untuk membangun kembali kampung halaman kita yang terkena musibah,… agar menjadi negeri yang dirahmati Alloh yaitu dengan berhukum kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dan tidak berhukum kepada selainnya.

Semoga Alloh melimpahkan taufik dan hidayahNya kepada kita, merahmati kita semua di akherat. Sesungguhya Dia Maha Penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Referensi : Kartu da’wah eL DaSI






“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh
dengan taubat yang semurni-murninya.” {Qs. at-Tahrim (66) : 8}.

Hikmah Dibalik Musibah

Bagaimana kita menyikapi Musibah

Kita sebagai hamba Alloh tidak akan pernah lepas dari kehendak dan taqdir Alloh. Alloh berfirman:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٢٩)


“Dan kalian tidak dapat menghendaki (menem-puh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” {Qs. At-Takwir (81) : 29}.

Kehendak Alloh pasti akan terjadi pada kita dan dalam kehidupan kita semua, dengan terpaksa ataupun rela hati kita menerimanya. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim sudah seyogyanya bagi kita untuk tidak salah langkah dalam menyikapi datangnya musibah tersebut. Mungkin ada di antara kita yang meng-hadapinya dengan keluh kesah, frustasi, jengkel atau bahkan dengan melampiaskannya dalam berbagai bentuk tindakan yang tidak tepat, bahkan sampai ada yang berani menyalahkan dan menghujat Alloh dengan lontaran kata menggerutu: “Tuhan tidak adil!”

Untuk itu, Islam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bersikap tatkala musibah datang, yaitu:

1. Apapun yang terjadi, bahkan meskipun musibah datang dengan bertubi-tubi dan bergelombang, kita tidak boleh dan bahkan jangan pernah su’uzhon (buruk sangka) kepada Alloh . Nabi ber-sabda:

“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan dalam keadaan berprasangka baik kepada Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Alloh berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku” (HR. Bukhori dan Muslim).

Karena dengan husnuzhon (baik sangka) kepada Alloh atas musibah yang me-nimpa kita, maka musibah ini akan berubah menjadi rahmat dan anugerah, kesedihan menjadi kegembiraan, kegetiran hidup menjadi kebahagiaan. Dan pada akhirnya, musibah inipun dapat menjadi pelengkap indahnya kehidupan seorang muslim, kare-na kehidupan seorang muslim, semua hal yang dialaminya adalah sesuatu yang berharga baginya.

Rosululloh bersabda:

“Saya merasa kagum terhadap urusan seorang mukmin, ka-rena semua urusannya adalah baik baiknya, dan hal yang demikian ini tidak akan dapat dijumpai melainkan hanya dalam diri seorang mukmin. Yaitu apabila dia mendapat kebahagiaan, diapun akan bersyukur, dan hal ini baik baginya. Dan apabila dia mendapat kesusahan atau musibah, diapun akan bersabar, maka hal ini baik baginya.” (HR. Muslim).

Sebaliknya, Alloh berfirman tentang sikap orang-orang kafir yang berburuk sangka kepadaNya:
“dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Robb-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, Maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” {Qs. Fushshilat (41) : 23}.

2. Dan apapun yang terjadi, jangan pernah berpaling dari agama Alloh , yaitu ajaran Islam yang tercinta, mulia dan yang mendatangkan kebahagiaan bagi kita, di dunia maupun di akhirat.

Rosululloh bersabda:

“Setiap amal perbuatan pasti akan datang masa semangat (seperti saat gembira) dan ada pula masa lemahnya (seperti saat ditimpa musibah). Barangsiapa yang saat masa semangatnya datang dia tetap beramal sunnah (Islam), maka dia akan beruntung. Dan barangsiapa yang saat masa lemahnya datang dia beramal selainnya (yang paling parah adalah hingga kufur), maka dia akan hancur binasa.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan ath-Thohawi dengan sanad hasan).

3. Jauhilah segala perbuatan dosa yang menjadi pendorong dan penyebab datangnya musibah, seperti syirik, perbuatan zina, mencuri, judi, membunuh, durhaka kepada orang tua dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya.

4. Perbanyaklah doa dan istighfar.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” {Qs. al-Anfal (8) : 33}.

5. Jangan pernah mengharapkan kematian. Karena apapun yang terjadi, kehidupan kita sangatlah berharga, terutama kehidupan seorang muslim. Nabi bersabda,

“Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena penderitaan yang menimpanya.” (HR. Bukhori).

Saudaraku se-Islam yang dirahmati Alloh… sebagai seorang muslim kita meyakini rukun iman yang ke-enam, yaitu percaya kepada takdir Alloh , yang baik dan yang buruk.

Saudaraku… gempa bumi dan musibah lainnya yang baru-baru ini terjadi tidak lepas dari takdir Alloh . Kemudian apa hikmah di balik musibah tersebut?

Pertama: untuk menguji keimanan kita. Setiap orang yang beriman pasti akan diuji oleh Alloh , agar diketahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta. Alloh berfirman (artinya):

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,....” {Qs. Al-Ankabut (29) : 2-3}.

Orang-orang yang beriman akan tabah dan sabar dalam menghadapi ujian tersebut dan tidak akan goyah sedikitpun ke-imanannya kepada Alloh .

Kedua: musibah –sekecil apapun- akan menggugurkan dosa-dosa. Nabi ber-sabda,

“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan atau penyakit, atau kesusahan atau gangguan atau kemurungan, bahkan hingga duri yang menusuknya melainkan Alloh leburkan dengan dosa-dosanya.” (HR. Bukhori).

Bahkan boleh jadi, musibah itu terus menerus menimpa seorang mukmin sehingga ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa sedikitpun.

Ketiga: tabah dan sabar dalam menyikapi musibah dan cobaan adalah jalan menuju ke surga. Alloh berfirman (artinya):

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Alloh?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu amat dekat.” {Qs. Al-Baqoroh (2) : 214}.

Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya adalah di akherat kelak. Oleh karena itu, janganlah kita larut dalam ke-sedihan karena kehilangan dunia. Harapan terbesar dan cita-cita tertinggi seorang mukmin adalah surga yang kekal abadi.

Keempat: musibah adalah teguran dari Alloh kepada hamba-hambaNya agar mereka kembali ke jalanNya dan bertaubat kepadaNya. Alloh berfirman (artinya),

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. {Qs. Ar-Ruum (30): 41}.

Kelima: Alloh menginginkan agar kita tadhorru’ (tunduk dan merendahkan diri) kepadaNya serta bertaubat ketika datang musibah dan cobaan. Sebagaimana firmanNya:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rosul-rosul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” {Qs. Al- An’aam (6): 42-43}.

Ketika terjadi gempa bumi yang dahsyat pada zaman Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz maka beliau selaku khalifah kaum muslimin menyuruh kepada seluruh gubernurnya untuk memerintahkan rakyatnya bertaubat kepada Alloh , bertadharru’ dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka.

Wahai saudaraku… gempa bumi, gelombang tsunami, dan gunung meletus yang terjadi kemarin, menuntut kita semua untuk segera bertaubat kepada Alloh dari semua yang diharamkan olehNya, mentaati-Nya, menerapkan syari’atNya serta menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.

Referensi : Kartu Da’wah eL DaSI



Media Hikmah ....

Suatu ketika Rosululloh bercerita ada seorang pengelana yang kehilangan unta dan seluruh bawaannya di tengah padang pasir. Apa perasaan orang itu, tentu sangat bersedih. Namun, setelah beberapa saat dalam keadaan putus asa itu, tiba-tiba dari kejauhan nampaklah unta yang hilang itu berjalan mendekat. Apa perasaannya? tentu gembira sekali.

Kata Nabi , “Demi Alloh, Alloh lebih gembira dengan taubat hamba-Nya dari pada seseorang di antara kamu yang menemukan kembali miliknya yang hilang di tengah padang.” Rosululloh sedang menerangkan tentang taubat, dan betapa keluasan Rahman dan Rahim serta Maha Pengampunnya Alloh.

Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu’minin adalah taubat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya.” {Qs. at-Tahrim (66) : 8}.

Aqidah sesat Rofidhoh (Syi’ah) tentang para Shahabat Nabi

Aqidah Rofidhoh berpijak diatas pencacian, pencelaan, dan pengkafiran terhadap para shohabat Nabi .

Diungkapkan oleh al-Khulaini dalam buku (Syi’ah)nya, Furu’ul Kaafi yang diriwayatkan dari Ja’far : “Semua sahabat sepeninggal Rosululloh murtad (keluar dari islam) kecuali tiga”, kemudian saya bertanya kepada-nya: “Siapa ketiga sahabat ini?” ia menjawab: “al-Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi.” (Furu’ul Kaafi karangan al-Khulaini, hal. 115)

Disebutkan oleh al-Majlisi dalam bukunya Haqqul Yaqin bahwa Ali bin al-Husain berkata kepada hamba sahayanya: “Bagiku atas kamu hak pelayanan, ceritakan kepadaku tentang Abu Bakar dan Umar? Maka ia menjawab: “mereka berdua adalah kafir, dan orang yang cinta kepadanya termasuk kafir juga.” (dalam kitab milik syiah: Haqqul Yaqin karangan al-Majlisi)

Saudaraku, wahai ahlussunnah, mereka (Syi’ah) telah mengkafirkan para Shahabat Nabi , mereka telah memerangi kaum muslimin, dan mereka berjabat tangan dengan orang-orang kafir. Dan di sini perlu dijelaskan bahwa Ali bin al-Husain dan ahlul bait seluruhnya berlepas diri dari kebohongan Syiah. Semoga Alloh melaknat atas kebohongannya.

Dalam tafsir al-Qummy menafsirkan firman Alloh dalam surat an-Nahl ayat 90:
Mereka menafsirkan: “al-Fahsya dengan Abu Bakar, al-Munkar dengan Umar dan al-Baghyi dengan Utsman.” (Tafsir al-Qummy, hal 218)

Mereka (Syi’ah) mengatakan dalam kitab Miftahul Jinan, “Ya Alloh, berikanlah kepada Muhammad dan keluarganya sholawat, dan laknatilah kedua patung Quraisy, kedua jibt (tukang sihir/berhala/ sejenisnya), dan thogutnya dan kedua anak perempuannya (maksudnya: Abu Bakar, Umar, Aisyah dan Hafshah). (Tafsir al-Qummy, hal 218)

Pada tanggal 10 Muharrom, mereka membawa anjing yang diberi nama Umar, kemudian mereka beramai-ramai memukulinya dengan tongkat dan melempari batu sampai mati, kemudian mereka mendatangkan kam-bing betina yang diberi nama Aisyah, kemudian mereka mulai mencabuti bulunya dan memukulinya dengan sepatu sampai mati. (Tabdiduzh Zholam wa Tanbihun Niyam oleh Ibrahim al-Jibhan –semoga Alloh menjaga-nya-. Hal 27)

Sebagaimana juga mereka mengadakan pesta dalam rangka merayakan hari kematian Umar bin Khoththob, dan memberikan penghargaan kepada pembunuhnya Abu Lu’lu’ah seorang Majusi dengan gelar “Pahlawan Agama.” (Abbas al-Qummy dalam al-Kuna wal alqaab, hal. 2/55)

Lihatlah wahai saudaraku muslim, betapa besar kebencian dan kotornya sekte ini, yang menyimpang dari Islam, dan betapa buruk serta kotornya ucapan-ucapan mereka yang dialamatkan kepada manusia-manusia terbaik setelah para nabi ‘alaihimussalam, yang me-reka dipuji oleh Alloh dan RosulNya, dan umat telah sepakat akan keadilan dan keutamaannya, serta sejarah dan realita telah mencatat kebaikan-kebaikannya, kepeloporannya, dan jihadnya dalam menegakkan agama Islam.

Mudah-mudahan Alloh meridhoi para shahabat semua dan Ummahatul Mukminin para istri Rosul.

Disadur dari buku: Menyingkap kesesatan aqidah Syi’ah, Syaikh Abdullah bin Muhammad
-------------------------------------------------------

Sahabat Nabi, antara Penerusnya dengan Pembencinya

A. Definisi Sahabat

Kata sahabat mempunyai arti: persahabatan, pertalian atau pertemanan baik sebentar maupun lama. Sebagaimana firman Alloh :

“Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. {Qs. Al Ankabut (29) : 15}.

Pada ayat ini Alloh menamakan ‘Ashabus safinah’, padahal mereka berada di atas perahu hanya selama perjalanan saja, bukan dalam waktu yang lama.

Sedangkan menurut istilah:

‘Orang yang bertemu dengan nabi atau berjumpa dengannya dalam keadaan beriman dan mati tetap dalam keadaan keimanan.’


B. Keutamaan Sahabat Nabi

1. Mereka generasi yang di ridhoi oleh Alloh dan dijamin dengan surga.

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٠٠)


Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lama-nya. Itulah kemenangan yang besar. {Qs. At-Taubah (9) :100}.


2. Mereka generasi terbaik sepanjang umat manusia.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. {Qs. Ali Imran (3) : 110}.

Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia. ... {Qs. Al-Baqarah (2) :143}.


3. Keimanan mereka menjadi barometer suatu keimanan.

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Alloh akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. {Qs. Al-Baqarah (2) : 137}.


C.Sikap Terhadap Para Sahabat.

1. Mencintai mereka dengan tulus dan memuji mereka dengan kebaikan.
Rosululloh bersabda tentang sahabat Anshor:

“Tidak akan mencintai mereka kecuali orang yang beriman.’’(HR.Bukhari).

2. Menjadikan mereka standar beragama baik dalam hal keyakinan, perkataan dan perbuatan.
Rosululloh bersabda:

“Hendaklah kalian berpegang teguh ter-hadap sunnahku dan sunnah khulafar rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, dan berpegang teguhlah kepadanya dan gigtlah dia de-ngan gigi geraham kalian.’

3. Menyayangi mereka dan meminta ampun untuk mereka.
Alloh berfirman:

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang”. {Qs. Al-Hasyr (59) :10}.

4. Tidak mencelanya atau mengolok-olok mereka.
Rosululloh bersabda:

“Janganlah kalian mencela salah seorang dari sahabatku, seandainya salah seorang berinfaq dengan emas sebesar gunung uhud, niscaya hal itu tidak akan mampu menandingi derajat satu mud dari mereka tidak pula sete-ngahnya.’’ (HR.Bukhari).


Referensi :

  1. Digital Quran ver3.2, http://www.geocities.com/sonysugema2000/
  2. ENSIKLOPEDI HADITS (Kitab 9 Imam Ha-2. dist), Lidwa Pusaka i-Software - www.lidwapusaka.com

28 April 2011

Jaringan Kemaksiatan

Kemaksiatan bagi hati ibarat racun bagi badan manusia. Jika tidak segera diobati, tidak menutup kemungkinan seluruh tubuh akan ketularan.

Lalu petaka apalagi yang dihadapi manusia, baik di dunia ataupun di akhirat yang lebih berbahaya dari kemaksiatan?

Tak lain petaka itu adalah perbuatan maksiat kepada Alloh swt

Memang, racun maksiat sangat ampuh sekali dalam menggerogoti kesehatan imannya seseorang.

Racun ini, jika tidak segera diobati akan menular dari tubuh ketubuh lainnya hingga akhirnya tak seorangpun yang berjalan ke-cuali telah tertulari oleh racun ini.

Bila hal ini telah terjadi, bisa jadi nasib buruk yang menimpa umat-umat terdahulu akan terulang lagi, na’udzubillah min dzalik.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Zainab binti Jahsy bertanya kepada Rosululloh:

“apakah kita akan binasa sedang-kan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?” Rosululloh menjawab: “Ya, apabila kemaksiatan (keburukan) telah merajalela.”
(HR. Bukhari, Hadits No.3097).

Jika kemaksiatan dilakukan secara terang-terangan dalam sebuah masyarakat, sementara tak ada pihak yang mencegahnya, maka berarti kemaksiatan tersebut mulai tumbuh benihnya. Hal ini jika terus berkelanjutan akan menjadikan kemaksiatan dianggap sesuatu yang wajar dilakukan, sedang ketaatan mulai dianggap aneh.

Keadaan akan semakin buruk jika amar ma’ruf dan nahi munkar tak ditegakkan. Kemaksiatan yang kecil tadi sudah mulai menyu-sun jaringan kerja, mula-mula dalam lingkup kampung lalu terus berlanjut sampai meluas hingga mencakup daerah luas.

Pada saat seperti ini, benih kemaksiatan tadi telah tumbuh kokoh, daun dan dahannya telah lebat serta akar-akarnya jauh mencakar perut bumi.

Ia sudah mempunyai organisasi raksasa, sebagai otak kegiatannya. Pada saat seperti ini, kemaksiatan telah berubah menjadi hal yang terpuji, sedang kebajikan adalah se-suatu yang harus dibasmi.

Dan tunggulah kehancurannya!!

{Penulis: al-Ghuroba’, S. Audah dalam bulletin aqwam nomor 17/III/1421}.



Abbad bin Bisyr (Ahli Ibadah yang Gagah Berani)

Abbad bin Bisyr, adalah seorang sahabat yang tidak asing lagi dalam sejarah dakwah islamiyah. Ia tidak hanya termasuk di antara para ‘abid (ahli Ibadah), bertaqwa dan menegakkan sholat setiap malam dengan membaca beberapa juz al-Qur’an, tapi juga tergolong kalangan para pahlawan, yang gagah berani, dalam menegakkan kalimah Alloh . Tidak hanya itu, ia juga seorang penguasa yang cakap, berbobot, dan dipercaya dalam urusan harta kekayaan kaum muslimin.

Ketika Islam mulai tersiar di Madinah, Abbad bin Bisyr al-Asyhaly masih muda. Kulitnya yang bagus dan wajahnya yang rupawan memantulkan cahaya kesucian. Dalam kegiatan sehari-hari dia memperlihatkan tingkah laku yang baik, bersikap seperti orang-orang yang sudah dewasa, kendati usianya belum mencapai dua puluh lima tahun.

Dia mendekatkan diri kepada seorang da’i dari Mekah, yaitu Mush’ab bin Umar. Dalam tempo singkat hati keduanya terikat dalam ikatan iman yang kokoh. Abbad mulai belajar membaca al-Qur’an kepada Mushab. Suaranya merdu, menyejukkan dan menawan hati. Begitu senangnya membaca kalamulloh, sehingga menjadi kegiatan utama baginya. Diulang-ulangnya siang dan malam, bahkan dijadikannya suatu kewajiban. Karena itu dia terkenal di kalangan para sahabat sebagai imam dan pembaca al-Qur’an.

Pada suatu malam Rosululloh sedang melaksanakan sholat tahajud di rumah Aisyah yang berdempetan dengan masjid. Terde-ngar oleh beliau suara Abbad bin Bisyr membaca al-qur’an dengan suara yang merdu, laksana suara Jibril ketika menurunkan wahyu ke dalam hatinya.
“Ya Aisyah, suara Abbad bin Bisyr-kah itu?” Tanya Rosululloh. “Betul, ya Rosululloh!” jawab Aisyah. Rosululloh berdoa, “Ya Alloh, ampunilah dia!”

Abbad bin Bisyr turut berperang bersama-sama Rosululloh dalam setiap peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-pepe-rangan itu dia bertugas sebagai pembawa al-Qur’an. Ketika Rosululloh kembali dari peperangan Dzatur Riqa’, beliau beristirahat dengan seluruh pasukan muslim di lereng sebuah bukit.

Seorang prajurit muslim menawan seorang wanita musyrik yang ditinggal pergi oleh suaminya. Ketika suaminya datang kembali, istrinya sudah tiada. Dia bersumpah dengan Latta dan ‘Uzza akan menyusul Rosululloh dan pasukan kaum muslimin, ia tidak akan kembali kecuali setelah menumpahkan darah mereka. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit, Rosululloh bertanya kepada mereka, “Siapa yang bertugas jaga malam ini?”

Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri,
“Kami, ya Rosululloh!” kata keduanya se-rentak. Rosululloh telah menjadikan kedua-nya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah. Ketika keduanya keluar ke mulut jalan (pos penjagaan), Abbad bertanya kepada Ammar, “Siapa di antara kita yang berjaga lebih dahulu?” “Saya yang tidur lebih dahulu!” jawab Amar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.

Suasana malam itu tenang, sunyi dan nyaman. Bintang gemintang, pohon-pohon dan batu-batuan, seakan sedang bertasbih memuji kebesaran Alloh . Hati Abbad tergiur hendak turut melakukan ibadah. Dalam sekejap, ia pun larut dalam manisnya ayat-ayat al-Qur’an yang dibacanya dalam sholat. Nikmat sholat dan tilawah (bacaan al-Qur’an) berpadu menjadi satu dalam jiwanya.

Dalam sholat dibacanya surat al-Kahfi dengan suara memilukan, merdu bagi siapapun yang mendengarnya. Ketika dia sedang bertasbih dalam cahaya Ilahi yang meningkat tinggi, tenggelam dalam kelap-kelip pancarannya, seorang laki-laki datang memacu langkah tergesa-gesa. Laki-laki itu melihat dari kejauhan seorang hamba Alloh sedang beribadah di mulut jalan, dia yakin Rosululloh dan para sahabat pasti berada di sana. Sedangkan orang yang sedang sholat itu adalah pengawal yang bertugas jaga.

Orang itu segera menyiapkan panah dan memanah Abbad tepat mengenainya. Abbad mencabut panah yang besarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam sholat. Orang itu memanah lagi dan me-ngenai Abbad dengan jitu. Abbad mencabut juga anak panah kedua ini dari tubuhnya se-perti yang pertama. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabutnya lagi seperti dua buah panah yang terdahulu.

Giliran jaga bagi Amar bin Yasir pun tiba. Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur itu, lalu membangunkannya seraya berkata, “Bangun! Aku terluka parah dan lemas!” Sementara itu, ketika melihat mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Amar menoleh kepada Abbad. dilihatnya darah mengucur dari tiga buah lubang luka di tubuh Abbad. “Subhanalloh! Mengapa kamu tidak membangunkan ketika panah pertama mengenaimu?” tanyanya keheranan.

“Aku sedang membaca al-Qur’an dalam sholat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Alloh, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas yang dibebankan Rosululloh , menjaga mulut jalan tempat kaum muslimin berkemah, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam sholat,” jawab Abbad.

Ketika perang dalam rangka memberantas orang-orang murtad berkecamuk di masa Abu Bakar, khalifah menyiapkan pasukan besar untuk menindas kekacauan yang ditimbulkan oleh Musailamah al-Kadzdzab. Abbad bin Bisyr termasuk pelopor dalam ketentaraan tersebut.

Setelah diperhatikannya celah-celah pertempuran, Abbad berpendapat kaum muslimin tidak mungkin menang karena kaum Muhajirin dan kaum Anshor saling menyerahkan urusan satu sama lain. Bahkan mereka saling mencela. Abbad yakin kaum muslimin tidak akan menang dalam pertempuran dengan kondisi pasukan yang tidak kompak itu. Kecuali bila kaum Anshor dan Muhajirin membentuk pasukannya masing-masing dengan tanggungjawab sendiri-sendiri. Dengan begitu dapat diketahui dengan jelas mana pejuang yang sungguh-sungguh.
Sebelum pertempuran yang menentukan itu dimulai, Abbad bermimpi dalam tidur-nya, seolah-olah dia melihat langit terbuka.

Setelah dia memasukinya, dia langsung menggabungkan diri ke dalam dan mengunci pintu. Ketika subuh tiba, Abbad menceritakan mimpinya itu kepada Abu Said al-Khudri. “Demi Alloh, itu seperti benar-benar kejadian, hai Abu Said!” ujarnya.

Ketika perang mulai berlangsung, Abbad naik ke suatu bukit kecil seraya berteriak, “Hai kaum Anshor, berpisahlah kalian dari tentara yang banyak itu! Pecahkan sarung pedang kalian! Jangan tinggalkan Islam terhina atau tenggelam, niscaya bencana akan menimpa kalian!” Abbad mengulang-ulang seruannya, se-hingga sekitar empat ratus prajurit berkumpul di sekelilingnya. Diantara mereka terdapat perwira seperti Tsabit bin Qais, al-Barra bin Malik, dan Abu Dujanah, pemegang pedang Rosululloh
.
Abbad dan pasukannya menyerbu memecah
pasukan musuh dan menyebar maut dengan pedangnya. Kemunculannya menyebabkan pasukan Musailamah al-Kadzab terdesak mundur dan melarikan diri ke Kebun Maut. Di sana, dekat pagar tembok Kebun Maut, Abbad gugur sebagai syahid. Tubuhnya penuh dengan luka bekas pukulan pedang, tusukan lembing, panah yang menancap. Para shahabat hampir tak mengenalinya., kecuali setelah melihat beberapa tanda di bagian tubuhnya yang lain. Semoga Alloh memberikan pahala kepadanya dengan surga Firdaus seperti para syuhada’ lainnya. Amin.

Referensi : 101 Sahabat Nabi, Hepi Andi Bastoni, pustaka al-Kautsar.
_______________________________________