05 Maret 2011

Bertambah dan Berkurangnya Iman

Iman bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Seorang muslim, terkadang terlena dengan gemerlapnya dunia, terayu dengan kemaksiatan dan terperosok ke dalam hal-hal yang dibenci oleh Alloh swt, oleh karena itu kita diperintahkan untuk saling nasehat menasehati. Di antara dalil yang menjelaskan bertambah dan berkurangnya iman adalah :

Dalil dari Al Qur’an:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ....(٤)

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)....” {QS. Al-Fath (48): 4}.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٢)


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal.” {QS. Al-Anfal (8) : 2}.

وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (١٢٤)

“Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.”{QS. At-Taubah (9): 124}.

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣)

“(yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia [orang Quraisy] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi penolong Kami dan Alloh adalah Sebaik-baik Pelindung".{QS. Ali –Imran (3): 173}.

Ayat-ayat diatas dengan jelas sekali menerangkan tentang bertambahnya iman.


Dalil-dalil dari al Hadits:

Rosululloh –saw- bersabda:

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia melakukan zina.” (HR. al Bukhariy 2475 dan Muslim 2/41).

[yang dimaksud dengan ketiadaan (hilang) iman dalam hadits adalah hilangnya kesempurnaan iman, seperti peribahasa ‘Arab yang berbunyi: ( ﻻََﻤَﺎﻞَﺇِِِﻻَّﺇِﺒِﻞٌ ) “tiada harta benda kecuali unta”

artinya bahwa tidak ada harta benda yang berharga seperti unta. Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang yang beriman akan turun (tidak sempurna) keimanannya “ketika” berzina, walaupun dalam ungkapan disamakan dengan “tidak ada” iman. [Imam an- Nawawiy, al-Minhāj Syarh Shahih Muslim (Mesir, al-Mathba’ah al-Mishriyyah), 2/ 41].

Senada dengan hadits diatas, maka Rosululloh saw bersabda:

“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak memiliki amanah.” (HR. Ibnu Abi Syaybah dalam al-Iman No.7, Ahmad 3/135 &251, al-Lalika’iy 5/924 dan lainnya. Al Albaniy dalam Hasyiyah al iman karya Ibnu Abi Syaybah hal.5 berkata: Hadits shahih dan sanadnya hasan).

Hadits lainnya, Rosululloh saw bersabda tentang keadaan kaum wanita;

أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا

“Bukankah ketika haid dia tidak shalat dan tidak shaum (puasa)?, mereka menjawab: Ya, benar. Kemudian beliau bersabda: “Itulah kekurangan agamanya.” (HR. al-Bukhariy No.304 dan Muslim dalam Syarh an Nawawiy 2/66)

Imam al-Hulaymiy-rahimahullah- berkata (dalam al-minhaj, 1/63):

“apabila shalat wanita berkurang daripada shalat laki-laki menyebabkan agama wanita pun berkurang dari agama laki-laki, walaupun dia (wanita) tidak dihitung sebagai orang yang bersalah karena meninggalkan shalat (saat haid) dari agama laki-laki, maka bukankah sudah semestinya apabila ada orang yang sengaja meninggalkan shalat akan berkurang agamanya daripada orang yang melanggengkan shalat?”

(maksud beliau, bahwa perbuatan maksiat jauh lebih pantas dan lebih pasti akan mengurangi agama (iman) seseorang).

Imam al-Baghawiy –Rohimahulloh- berkata:

“Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan serta aqidah, dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, karena dalam al-Qur’an dikemukakan tentang bertambahnya iman dan dalam hadits dikemukakan pula tentang berkurangnya agama (iman) bagi kaum wanita”. (Syarh as-Sunnah 1/39, Beirut: al-Maktab al-Islamiy, 1396 H).


Dalil-dalil dari Atsar Shahabat:

‘Ibnu ‘Abbas –Rodhiyallohu ‘anhuma- berkata:

“ya Allah, tambahkanlah iman, keyakinan dan pemahaman kepada kami!” (HR Ahmad dalam al-Iman, Ibnu Baththah dalam al-Ibanah 2/846, al-Ajurriy dalam asy-Syari’ah hal.111, al-Lalika’iy 5/942 dan ibnu Hajar dalam al-Fath 1/48).

Abu ad-Darda’ –Rodhiyallohu’anhu- berkata:

“Iman bisa bertambah dan juga berkurang”. (HR. Ahmad dan anaknya dalam as-Sunnah No. 74-75, Ibnu Baththah dalam al-Ibanah 2/843, ibnu majah dalam al iman No.75 dan al-Lalika’iy 5/944.)

Abu Hurayrah-Rodhiyallohu’anhu- berkata:

“Iman bisa bertambah dan juga bisa berkurang.”( HR. Ahmad dan anaknya dalam as-Sunnah No.75, al Ajurriy dalam asy-Syari’ah hal.111, ibnu Baththah dalam al ibanah 2/844 dan al-Lalika’iy 5/945).

Urwah bin az-Zubayr-Rodhiyallohu’anhu- berkata:

“Tidaklah sifat amanah seorang hamba pudar (berkurang), tiada lain adalah karena berkurang imannya.”(HR. Ibnu Abi Syaybah dalam al Iman No.10, Ibnu Baththah dalam al-Ibanah 2/852, al-Ajurriy dalam asy-Syari’ah hal.118 dan al Bayhaqiy dalam Syu’ab al-Iman 1/197).

Karena banyak sekali atsar dari para shahabat yang dengan tegas menyatakan bahwa iman bisa bertambah dan juga berkurang, maka Syaykhul Islam Ibnu Taymiyyah –Rohimahulloh- berkata:

“Ungkapan yang menyatakan bahwa iman bisa bertambah dan juga berkurang adalah ungkapan yang benar berasal dari para shahabat, sehingga tidak diketahui ada seorangpun dari mereka yang mengingkari hal tersebut.” (al-Iman hal.211. lihat atsar-atsar lain dalam: al-Lalika’iy 5/941-950).

Iman bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, hal ini tidak berarti bahwa bertambah dan berkurangnya iman hanya akan terjadi pada aspek zhahir (badan) saja, yaitu perkataan lisan dan perbuatan anggota badan. Karena ketaatan dan kemaksiatan terjadi pada semua aspek, baik aspek bathin (hati) maupun zhahir. Oleh karena itu, maka bertambah dan berkurangnya iman dapat terjadi pada empat bagian iman, yaitu kepercayaan hati (perkataan hati dan ilmu yang diyakini hati), perbuatan hati (seperti cinta dan takut kepada Alloh, cinta kepada mu’minin dan benci kepada orang-orang kafir, serta tawakal dan lainnya), perkataa lisan (seperti dua kalimat syahadat, dzikrullah, sholawat kepada Rosululloh dan lainnya), dan perbuatan anggota badan (seperti shalat, puasa, haji dan lainnya). (lihat Nawaqidh al-Iman al-I’tiqadiyyah, 1/91-93).

Imam al-Bukhariy-Rohimahulloh- berkata:

“Telah kutemui lebih dari seribu ulama di banyak negeri, tidak satu pun dari mereka yang berselisih bahwa iman adalah qawl wa ‘amal (perkataan dan perbuatan), bisa bertambah dan juga bisa berkurang.” {Imam al-Lalika’iy, Syarh Ushul I’tiqad Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah (Riyadh: Dar Thayyibah), 5/886 dan Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalaniy, Fath al-Bari (Beirut: Dar al-Ma’rifah),1/47}.


Referensi:
  1. al-Iman
  2. al-Ibanah
  3. asy-Syari’ah
  4. al-Fath
  5. Nawāqidh al-Īmān al-I’tiqādiyyah wa Dhawabith at Takfir ‘Inda as-Salaf, Syaykh Dr. Muhammad bin Abdillah bin ‘Aliy al-Wuhaybiy,(Riyadh: Dar al Muslim, 1416 H), 1/31-195.
  6. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Imam an- Nawawiy, Mesir, al-Mathba’ah al-Mishriyyah
  7. Hasyiyah al Iman, Ibnu Abi Syaybah
  8. Syarh as-Sunnah, Beirut: al-Maktab al-Islamiy, 1396 H
  9. Syarh Ushul I’tiqad Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah, Imam al-Lalika’iy, Riyadh: Dar Thayyibah
  10. Fath al-Bari, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalaniy, Beirut: Dar al-Ma’rifah,
  11. Iman menurut Ahlussunnah wal Jama’ah, silsilah Tarbiyyah Sunniyyah, Hasmi.
  12. Nawāqidh al-Īmān al-Qawliyyah wa al-‘Amaliyyah, Syaykh Dr. ‘Abd al-Aziz bin Muhammad al-‘Abd al-Lathif, (Riyadh: Dar al-Wathan, 1415 H)
  13. al-Iman-Arkanuhu, Haqiqatuhu, Nawaqiduhu, Syaykh Dr. Muhammad Na’im Yasin, (Mesir: Maktabah as-Sunnah, 1412 H), 221 hal.
  14. al-Iman- Haqiqatuhu, Khawarimuhu, Nawāqidhuhu ‘Inda Ahl as Sunnah wa al-Jama’ah, Syaykh Abdullah bin ‘Abd al-Hamid al-Atsariy, (Riyadh: Madar al-Wathan, 1424 H), 346 hal.